Saturday, November 20, 2010

dituntun

Rasanya telah lama sekali sejak dari, kami mendengarkan penjelasan, tentang tafsir "Ihdinas sirathal mustaqim".. ini bukan seperti, Ia Yang Maha Memberikan Petunjuk, berdiri di sebuah sisi di seberang sana, dan menunujukkan jarinya, kepada arah arah yang benar.

namun..

selalu ada waktunya, bagi pesan tersebut untuk masuk, meresapi jiwa kami lebih dalam, dan memaknai degupnya.

Bukan! Dia, Yang maha Gagah.. tidak sekedar menunjuk nunjuk demikian, Dia menuntun kita kepada jalan jalan kebenaran tersebut.. menuntun adalah mengawasi, menunjukkan, mengarahkan, membimbing.. Maka, begitulah yang terjadi, seringkali kita merasa terarahkan, ada sebentuk kekuatan yang memaksa diri kita untuk melangkah,menuju sebuah pintu, menuju sebuah jalan, menuju sebuah takdir.. dan, seketika itu juga kita telah begitu meyakininya. meyakini bahwa takdir baik itu telah menunggu dangan tangan terbukanya di ujung jalan sana.

Padahal! justru disinilah titik kritisnya..

Dikali yang lain, ketika kita begitu menekuri perintahNya untuk mengubah nasib, dan itu tidak akan pernah terjadi jika tidak sang hamba sendiri yang berusaha mengubahnya. dan.. Dialah Allah, setiap Ia memerintahkan sesuatu, ia membersamai mereka yang mengerjakannya, ia membuat rangkaian petunjuk, pertolongan, dan kemudahan. kalaupun ada sepertinya rintangan, ujian, itu juga adalah rangkaian petunjuk, yang hasilnya, dampaknya adalah dampak jangka panjang. ujian ujian tadi tak ubah hanya sekedar bumbu keberhasilan. karena, ujian ujian inilah yang akan menjadi sarana bagi kita untuk mengecap manisnya keberhasilan, nantinya.

Kemudian, asa asa manusia kita , mulai anyam menganyam disana, kita mulai memilih bagaimana ending dari cerita ini. dan pada saat kita mulai memilih milih tadi, anyaman anyaman asa ini mulai kuat menyelimuti keikhlasan jiwa kita.

Llalu, setiap kisah harus ada akhirnya, sebelum ia masuk pada kisah yang lain, atau episode yang lain, dengan judul yang juga berbeda.

Skenarionya bagi Allah hanya ada satu, kebaikan, atau kebaikan yang lebih banyak. tapi bagi manusia, hasilnya bisa jadi dua, sesuai atau tidak sesuai.. sesuai dengan keinginan sang manusia, atau tidak sesuai dengan harapan sang hamba. nah, disinlah kemudian muncul sebuah jendela baru, didalamya telah mengintip intip penuh dendam, mereka yang bernama kecewa, marah, putus asa, buruk sangka..

Iini pun juga bagian dari ujian yang kita istilahkan sebagai bumbu tadi. ia tidak lagi bergantung pada sesuai atau tidak sesuai dengan keinginan sang pengharap. disini kisah sudah mulai masuk pada bagimana ia menghadapi hasilnya.

Ini tentang bagaimana mereka yang tergolong hamba hamba bersyukur, menunjukkan kesyukurannya, dan bagaimana hamba hamba yang sabar menegakkan monumen kesabarannya.

Petunjuk, karena rencana yang Allah buat, biasanya jauh dari kemampuan kita untuk membayangkannya. sehingga, petunjuk petunjuk, tuntunan tuntunan yang kita kira akan berakhir di beberapa kilometer didepan sana, tidaklah berhenti disana, muaranya bisa ada di jutaan kilo lagi.

Sesuatu yang kita sepakati sebagai kegagalan dihari ini, sangat mungkin adalah bagian dari rangkaian tuntunanNya..

Sehingga, pada waktunya, kita akan benar benar digaungkan sebuah pertanyaan besar oleh Allah,

"seberapa besar, engkau berbaik sangka padaKu",

"seberapa besar engkau bertahan untuk tidak berputus asa dari rahmatKu",

"dan bersabar..."

(semoga Engaku selalu menuntun kami untuk memahami keberadaan kami disini)

Wahai hambaKu, Kamu berencana dan berkeinginan. Akupun berkeinginan. Dan yg terjadi adalah yang sesuai dengan keinginanKu....

Maka, apabila kamu menyerahkan apa apa yang kamu inginkan kepadaKu, pasti Aku berikan kecukupan kepadamu. Dan, apabila kamu tidak menyerahkan apa apa yang kamu inginkan kepadaKu, pasti Aku berikan kepayahan/kesengsaraan kepadamu.

Dan tidak akan terjadi, kecuali apa apa yg Aku inginkan. (hadits kudsi)

Saturday, November 6, 2010

4,2001

Pada waktu waktu tertentu dalam hidup kami..

Jiwa tempat bersemayamnya hati, ditelikung begitu banyak rasa,

Kiranya itulah saat, ketika pintu pintu cinta mulai terbuka.

Ini tak lagi tentang rindu berbilang waktu

Atau jebakan romantisme monyet

Ia jauh meloncatinya, menggegap gempita disana..

Menyuguhkan damai, sekaligus sesak.

Kami akan sunting semua deret senyum disana

Biar ia berkumpul dalam album kenang cinta..

Tuhan, inilah bukti, kami pernah berhimpun disini, dalam naungan cintaMu..

Nusantara,

Ketika jiwa jiwa kami mulai menggapai gapai lagi,

Ahh,

Kali ini, tak lagi kami bonceng ego ego itu.

Kami sudah duapuluh tujuh

Nusantara, kau tak lagi dapat memisahkan kami

Inilah kiranya, waktu bagi kami.

Menulis sejarah tentang kami sendiri

Dalam kertas maya,

Sampaikan, pesan rindu, pesan cinta kami..

Karena pekerjaan mencintai ini,

Adalah pekerjaanMu

Pekerjaan para nabiMu

Pekerjaan mereka, pualam putih bening hati, menentram mendamai jiwa