Tuesday, December 13, 2011

menyiapkan rumus

meskipun..

kadang kita bosan mendengar para motivator didepan sana menjelaskan prinsip tutup botol, prinsip gelas kosong, prinsip kertas putih..

tapi,

mau tak mau, diam diam kita mesti menyiapkannya, mengondisikan mata hati kita, mengkondisikan jiwa, indera kita untuk, berkonsentrasi menatap bayangan diri kita yang dipantulkan oleh teman sepermainan yang belakangan kita bahas tadi diam diam sudah menjelma menjadi guru.

tak peduli siapa kita, tak peduli siapa dia..

diam diam, kita mesti menyiapkan hati untuk melihat bolong bolong pada jiwa kita yang harus segera di tambal. satu kebaikan, atau perbaikan yang dikerjakan saat ini akan memancing kebaikan lain dihari esok..

merangkak akan disambut dengan berjalan, berjalan akan disambutNya dengan berlari..

maka bolehlah kita meminta agar Ia menjaga diri kita tetap dalam kondisi menikmati kesyahduan suasana akrab, romantis yang baru baru saja ini kita bangun bersamaNya..

diam diam, kita mesti membersihkan instrumen jiwa kita, agar ia dapat menangkap pesan yang dikirm oleh sang cermin.

diam diam, kita mesti sabar menyesuaikan frekuansi dengan frekuensi langit, agar ia dapat menerima siaran surga tersebut.

karena yang lain, karena yang lain, karena yang lain..

bisa saja melihat cahaya benderang dari guru sepermainan kita tadi biasa biasa saja, atau bahkan, yang lain ini lebih memilih untuk mencibir 'mereka'..

maka, jauh sebelum Allah mempertemukan kita dengan permata di halaman rumah tersebut, diam diam kita mesti sudah berjaga jaga meniapkan hati untuknya.

dan ketika hari perjumpaan itu tiba. kilaunya akan nampak jelas menyejukkan mata hati kita.

karena yang lain, karena yang lain, karena yang lain..

akan lebih melihat kilau dunia..

cantik/tampan yang memesona mereka, sepenuhnya berbeda dengan yang memesona manusia manusia terkondisikan tadi.

sehingga, dalam diagram hati kita, Allah membuatkan rumus sendiri untuk menerjemahkan seseorang itu cantik/tampan..

maka,

diam diam, kita benar benar mesti meniapka hati kita untuk menerima cahaya itu, menapaki tahap tahapnya, dan berdiri kuat di setiap tahap tersebut agar tidak jatuh. dan siap menapaki derajat yang lebih menentramkan jiwa..

posisi yang lebih akrab, hidup dengan Allah disisi..

7 hari mencari cermin

lalu, kita menemukan sahabat sahabat dari golongan kita sendiri, mereka yang bukan hanya bisa kita dapat dari golongan ustadz/ustadzah apalagi golongan malaikat..

karena sekali waktu, kita kesulitan menemukan bayangan yang kita cari dari para ustadz, kyai yang kita jumpai ini.

tapi, dari wajah wajah mereka inilah

dari tutur kata mereka inilah,

dari gerak gerik mereka inilah..

dari mereka yang mondar mandir di hari hari biasa kita inilah,

kemudian kita menemukan cermin jernih itu

yang merefleksikan bayangan fitrah diri kita, sebagai hamba, sebagai manusia putih bersih.

itulah mengapa, Allah melarang kita membeda bedakan manusia dari wajahnya, dari hartanya, dari jabatannya, kalau mau bedakan, bedakanlah dari apa yang ada di dalam hatinya..

maka, siapa yang tidak ingin menjadi orang orang seperti 'mereka' ini?!

yang menyediakan cermin jernih tempat menemukan kembali wajah diri yang putih bersih, sesuai fithrah aslinya!?

siapa yang tidak ingin, menjadi 'mereka' ini..

yang jika engkau menatap wajahnya, maka seketika itu ka akan ingat Allah,

yang jika engkau mendengarkan tutur katanya maka bertambah ilmumu,

yang jika engkau tengok gerak geriknya maka tertariklah engkau memenuhi bekal akhiratmu..

atau alih alih..

bayangan yang kita buat adalah bayangan yang membuat jijik isi dunia,

siluet diri kita, adalah gambar egoisme, manusia kebal mati..

na'udzubillah bukan!?

Monday, December 12, 2011

mengasah kampak

Bahkan, dalam pekerjaan Ibadah sekalipun..
Ketika si fulan mengira, saat uang shodaqoh dimasukkan kedalam kencleng dengan tangan kanan, tanpa tangan kiri tau urusannya, bebaslah ia dari riya..
Ketika sang hati sudah dikondisikan dengan baik untuk mengarahkan niat, lurus kepadaNya, terkategorilah fulan, menjadi manusia Ikhlas..

(Apalagi, bagi mereka yang sedang berkubang dengan lumpur dunia, dalam gelak tawa, dan kenikmatan semu. Kasihan ya! Mereka yang tak pernah menyadari, jiak mereka sedang berada dalam ruang kelas ujian, sementara yang lain sedang khusyuk mengerjakan soal..)

Ternyata tidak kawan,
Jikalau Allah berkehendak, Dia akan membuat episode episode kecil yang akan memberii nilai tambah keikhlasannya, yang akan menjadi nilai tambahnya sebagai manusia dan sebagai hamba.
Yang akan menjadi batu, dinding ujian terhadap keikhlasannya.
Episode episode kecil yang akan menyergap ruang jiwanya, membuka pintu pintu sensitive yang akan membebaskan sesak, marah dan sejenisnya. Sekuat apa ia bertahan?!

Bahkan, bebatuan itu muncul dengan cara yang paling elegan..
Hampir saja, kita tidak menyadari hadirnya sebagai batu, melainkan..
Mungkin semacam terompet yang mesti dibungkam dengan kesombongan, bukan dengan kejernihan nurani..
Satu belum tercerna, muncul dua berikutnya. Ini mesti jadi kesempatan bagus mengasah jiwanya, memoles nurani biar kian jernih. Bila perlu menangislah, temui Allah, menjakan dirimu padaNya. Kalau yang lain mesti pergi ke riuh pasar dan berteriak, biar kita menikmati kesyahduan bersamaNya

Karena begitulah sopan santun yang mesti kita tampilkan untukNya..
Ada yang disapa dengan batu dan dinding ini, dalam tempo, ritme yang begitu rapat. Yang lain dapat bersantai menyelesaikan satu satu episode episode tersebut.

Karena begitulah sopan santun yang mesti kita tampilkan kepadaNya..
Semua ini tidak lain, sudah dikalkulasi dengan cermat olehNya, persis sesuai dengan kekuatan masing masing kita mengahadapinya.

Ada yang mesti tersesat dulu, baru ia temukan jalan benderang itu, ada yang mesti menerikakan seribu sumpah dulu biar puas, baru ia keletihan dan mencari cara lain. Kita tidak! Episode ke episode, drama pendek hari hari kita ini, terlalu sepele untuk dibayar energy yang mestinya kita pakai untuk merasakan, dan mengakrabi keberadaan Allah. Karean Dialah sang sutradara, satu satunya yang dapat meniupkan kelegaan, kenikmaatan tak terkira dari gunda, gulana, galau jiwa kita dalam meluruhkan batu batu tadi.

Dan mereka yang menyadari benar bahwa mereka akan benar benar bertemu Tuhannya, akan begitu menikmati kesyahduan mengakrabi Illahnya.. ada yang dalam tangis, ada yang dalam senyum..

Tuesday, October 25, 2011

kapan aku jadi ayahmu, kapan aku jadi sahabatmu..

Mencuri pandang disudut tidurmu

Kembang bahagia mekar lagi didadaku

Lalu..

Ha ha ha, aku harus dapat menjawab…

Menjawab semua Tanya dari Bahasa manjamu

Dan duapuluh empat jam lagi semangat

Do’aku menyertaimu,

Pakailah bahuku untuk manyandarkan lelahmu

Meski aku ragukan itu, sepertinya kau tak pernah lelah..

Setelah itu semua, Tidurlah lalu..

Besok kita ulangi lagi pelajaran mengenal Tuhan

Kebahagiaan berbagi, dan seni menghormati..

Juga tehnik merayu yang menjadi keahlianmu tentunya

Kau bebas memilih, kapan aku jadi ayahmu, kapan aku jadi sahabatmu..

Monday, May 9, 2011

izinkan aku mencurigaimu

izinkan aku mencurigaimu,
menganalisa tiupan dinginmu yang menerpa kulit rambutku
den seratus tahun keheningan ini

mengapa gegap gempita didepan sana tak lagi memukaumu wahai para penonton?!
tak lagi perlu selimut itu menemani barisan kabut pagi
atau sekedar payung jingga untuk sang mentari.

ia tak ada di semak belukar sana
ia tak pernah bersembunyi di serakan kertas menguning
atau di reuni para awan
di gemericik hingga debur cengkerama lautan, dan sesungai.

izinkan aku mencurigaimu
mencurigai, caramu melenakanku..

Sunday, April 24, 2011

rekam cintaMu

Sekian kisah terbilang,
Teramat jelas rekam cintaMu..

Tentang betapa aku malu atas caraMu memaklumiku,
berkali kali..
Dan berkali kali itu juga, aku gagaskan sebuah ejawantah tegas untuk mencintaiMu..
Aku tak pernah berani mengatakan,
Kalau aku belum menemukan diriku, maka aku juga belumlah jelas jelas mendapatkanMu.

Karena nyatanya, aku tau persis bagaimana aku bisa dikalahkan,
Bagaimana aku bisa menang...

Karena nyatanya, Kau selalu hadir dalam setiap dilalogku dengan barisan angin.
Kau selalu hadir setiap kali terik mentari menyapaku, dangan caranya yang arogan itu..

Tapi kadang, Kau tergantikan oleh dingin, dan panas..
Hingga aku berlari mencari kehangatan semu, dan kesejukan palsu.

besok lagi, aku tak ingin begitu.
Tolonglah, wahai cinta...

Karena mencintaiMu, artinya aku siap melakukan hal hal besar untukMu.
Dan, itu hanya akan terjadi, jika Kau membimbingku mencintaiMu..

Bukan,
Bukan karena Kau tak pernah menolongku,
Teramat banyak malah..
Tapi kan, Kau tau..
Betapa lemahnya diriku....

Re: [pembacaasmanadia] Mohon pendapatnya tentang... Cinta

1. setiap interaksi yang kita jalani, akan menuju pada dua kecenderungan, cinta atau tidak suka..

2. lalu rasa ini akan diperkuat oleh momentum yang terjadi, iklim dan musim, juga waktu..

3. rasa cinta atau benci tadi, lahir dari..

kita fokuskan pada cinta saja, bahwa cinta tadi lahirnya dari pesona. pesona dari seseorang yang kita cintai..

dari fisiknya, dari gagahnya, dari caranya tersenyum, dari kepiawaiannya berorasi, dari rapihnya ia mengatur organisasi, dari pintar dan cerdasnya cara ia berfikir, dari bahasanya yang puitis, dari dandanannya, dari jenggotnya, dari ujung jilbabnya, dari earna bajunya, dari sepatunya.. dll...

4. sehingga, perlu kita definisikan, pesona bagian manakah yang paling kuat yang menarik kita untuk mencintainya. atau kombinasi dari yang mana.

5. dari sanalah kemudian, cinta ini dapat dikategori sebagai cinta apa, cinta monyet, cinta napsu, atau yang mana..

6. sebagai bahan untuk menyesuaikan diri dengan rencana yang telah dibuat Allah, dalam hubungannya dengan masa depan kisah cinta kita.

7. mencintai seseorang karena bahasanya yang puitis, dapat terus terpenuhi dg nongkrongin notes fbnya, blog, milist, atau bukunya. hal ini adalah contoh, betapa ketika kita mencintai seseorang, sangat bisa bagi kita merekayasa rasa untuk tidak terfokus pada keinginan memilikinya, atau menikah.

8. lalu ada umur biologis yang menjelaskan kecenderunag mudahnya jatuh cinta seseorang (remaja biasanya). ada yang mengatakan pada masa ini mereka memiliki begitu banyak energi, maka, salah satu cara pembelokannya adalah dengan memadatkan aktifitas, berupa berorganisasi, bersepeda, aquascape, kitmon, ternak tokek, dan lain lain..

9. tidak dapat dipungkiri saat kita jatuh cinta, kita menginginkan perhatian dari seseorang yang kita cintai.

10. maka, pintar pintarlah kita membaca sikap, apakah cinta kita pada si dia berbalas, atau bertepuk sebelah tangan.

11. selanjutnya, ketika seseorang mencintai kita, atau cinta kita ini berbalas, kita masih punya tugas membaca pesan tersembunyi dalam lembaran cintanya ini. seriuskah dia, main mainkah dia, apakah karena nafsu, bagaimana kadar dia menghormati kita, bagaimana dia memperlakukan kita, apa motifnya..

12. dengan kata lain, ketika cinta ini sudah berbalas, sangat penting bagi kita untuk segera meregistrasinya pada pendaftaran ridha Allah, ridha Orang tua.

13. sehingga, kita berada dalam posisi yang terjaga, dari hal hal yang tidak disukai Allah

(sebaliknya, jika Allah menyukai seorang hamba, Allah akan mengumumkannya pada para malikat dan penduduk langit, dan para malaikat akan mengumumkannya pada penduduk bumi)

14. disinilah titik kritisnya, kita tidak pernah tau persis siapa yang akan jadi jodoh, maka, janganlah berlebihan dalam hal mencintai seseorang, atau membenci.

15. sehingga kita memiliki cukup banyak ruang untuk menyesuaikan rencana diri dengan rencana Allah.

16. dan cinta kita padanya ini, juga masih tetap dapat terlaksana dengan baik. kita bisa mngkonsep hubungan yang sesuai dg si dia, kita masih dapat berperan sebgai seseorang yang mencintainya, dengan cara yang baik, yang Allah sukai.

17. Naudzubillah, jika cinta yang tidak berbalas, harus berakhir dengan kebencian..

18. jagoan ya si aki awan ngadongengnya, padahal Wallahualam..

19. Kata Anis Matta, cinta lah, yang memungkinkan dunia kita menjelma penggalan surga.

20. Lalu kita menikah..

21. Dibelakang sana kita meninggalkan sekian kisah cinta,

ada tipe tipe jiwa yang memilih mengendapkannya, dan atau melupakannya. Tapi disatu titik jujur didalam sana, tak dapat dipungkiri, ia masih meninggalkan pendar bahagia.

22. Maka, terlalu jahat diri kita, kalau harus memaksakan cinta, selalu pada orientasi memiliki.

23. Kemudian didepan sana, dengan kekuatan pesona tadi, kita akan jatuh cinta lagi, dua, tiga atau seribu kali lagi.

24. Maka dari itu, sedari pagi, kita harus memproyeksi jiwa untuk tidak terorientasi pada keinginan untuk memiliki.

25. Tapi juga, jangan batasi diri untuk tidak mencintainya. Karena dengan kekuatan cinta inilah, akan lahir banyak variasi kebaikan yang akan kita lakukan pada mereka.

26. dan cinta yang kita bicarakan diatas ini menjadi sangat luas untuk kita buatkan batasnya. atau kita pilih pilih menjadi sub kategori yang kita inginkan saja.

27. cinta yang menggelora jiwa Rasulullah, pada kita. Membuatnya memanggil manggil kita, di akhir hayatnya, bukan Khadijah, Aisyah, atau Fatimah.

28. para guru yang di dalam dadanya penuh oleh cinta, akan dapat memproduksi kesabaran tak hingga, energi luar biasa, untuk menimbuhkan para muridnya.

29. Para muridnya, saat ia mencintai sang guru, hubungannya dengan sang guru akan abadi, tembus generasi..

30. Dokter, tentara, pedagang, praktek cinta inilah yang dapat membuat kita tak terlalu menghitung untung rugi rupiah.

31. Masalah rezeki ini, biarlah ia turun dari Allah sebagai bentuk cintaNya. Yang sudah pasti alamatnya, besarannya..

32. nah, di suatu titik dalam hidup kita, kita tidak lagi mencintai seseorang karena fisiknya.

33. Kita dapat jatuh cinta pada banyak orang pada pesona pesona non fisik, dan pesona non fisik inilah yang akan menjadi modal bagi kita untuk tidak terlibat murka Allah.

34. Sambil kita menjaga kelurusan niat, dan koridor cinta tersebut.

35. Pada banyak contoh dalam konteks diatas, tidak lagi penting bagi kita, apakah mereka mengetahui bahwa kita mencintai mereka.

36. Tapi pada beberapa kondisi yang memungkinkan, dan aman. Rasulullah menyuruh kita mengungkapkan cinta, seperti perintahnya pada Umar, untuk mengungkapkan cintanya pada Abu Bakar, semoga Allah merahmati mereka.

37. Setelah paradigma cinta kita, kita insert dengan variasi definisi cinta. Memungkinkan pola fikir kita untuk berubah.

38. Yaitu pada saat kita membahas cinta yang berorientasi pada pasangan hidup, belahan jiwa, dan pernikahan. Pola fikir kita tentangnya juga akan meluas, lebih luas dari poin poin berupa cantik, ganteng, pintar, baik hati, atau kaya raya..

39. Diberikan seseorang yang sempurna bukanlah jaminan untuk menjadi bahagia.

40. ritme jiwa, dan otak kita. Mungkin akan tersiksa saat mengikuti idealisme dan kesempurnaannya

41. Maka, ide utamanya adalah selalu pasangan yang sesuai, pas, sekufu.

42. Dan begitulah janji dari sang maha pemegang janji, Dia tidak pernah salah merencanakan, memperhitungkan..

43. Lalu, mengapa ada badai, ada kerikil dalm perjalanan rumah tangga? Ya begitulah Allah menciptakan jalan untuk mendewasakan organisasi rumah tangga tersebut.

44. Lalu juga mengapa ada perceraian? Karena begitulah rancana Allah membuatkan rangkaian takdirnya untuk menuju satu takdir pamungkas. Mungkin pada lelaki/perempuab lain lagi.

45. Tapi, kita pun selalu diberikan pilihan, jalan, dan kebebasan untuk bersikap. dalam konsep takdir, atau dalam konteks perceraian, setiap sikap yang kita buat akan menjadi nilai tambah yang akan dijadikan Allah untuk menentukan jalan selanjutnya.

(karena nilai kita ada pada bagaimana kita menjalani hidup, bukan pada capaian kehidupannya, bukan?)

46. Dan dengan konteks takdir inilah kita dapat membatasi diri untuk tidak terlalu menyesali langkah, atau juga tidak terlalu memaksakan diri.

(karena kita yakin Allah sudah punya rencana)

47. Ide akan takdir ini jugalah, yang sangat baik untuk kita pakai dalam memahami bagaimana kita menerima jodoh yang diberikan Allah

(tentunya setelah usaha maksimal kita memperbaiki diri, dan memilih komunitas)

48. Setelah menikah, lalu ada upgrade nilai kolektif keluarga tersebut. Yang harus berjalan maju seirama..

49. Kembali pada bahasan kita mencari jodoh. Maka silahkan saja kita mengagumi, menyukai dan mecintai siapa saja. Yang kita anggap baik secara agama, secara akhlak, dll

50. Tapi kita juga harus cantik bermain peran, dalam interaksi kita dengan si dia.

51. Ada yang dinamakan mengumbar, ada juga yang disebut terlalu menutup diri.

52. Kita tidak berdiri di keduanya.

53. bisa juga kita koleksi dulu mereka yg kita incar, tanpa harus mereka tau. Dan biarkan perjalanan terjadi se alami mungkin.

54. Karena jatuh cinta, hanya menjadi satu bagian dari warna kehidupan kita, jadi jangan dia mengganggu lini lini lainnya.

55. Nah, saat itulah kita memperkuat pinta.

56. Dan adab meminta pada Allah, adalah tidak memaksa, tidak minta dipercepat, dan terbuka atas pilihan sejenis dari Allah, yang bukan spesifik yg kita minta.

57. Sehingga, apapun hasil akhir kisah muqadimah cinta kita, saat ijab qabul nanti. Putuskanlah, dan resapi dalam dalam, bahwa saat itu kita akan mencintai sepenuh hiti istri/suami kita.

58. Karena dengan bekal keputusan tadi, dengan janji bahwa kita akan mencintainya, kita akan terhindar dari godaan keong racun, dan tokek belang.

59. Sekedar menegaskan, bahwa paling indah, jika setiap langkah hidup kita, kita selalu membingkai prasangka, dengan khusnudzon pada Allah swt..

60. Hi hii..

Tidak semua yg aki tulis ini berdasarkan hal serius dan berliteratur pasti.

Jadi never mind lah..

61. Maafin ye, Yuniva..

62. Kata kang Salim, menikah seperti memasuki dunia digital yang 0 dan 1, anugrah atau bencana, sedang masa lajang kita masih pada dunia analog dengan amplitudo kecil, 60, 70, 50, 60 lagi, naik 80, sering juga kita ada di nilai 90..

63. Tapi itu tadi, pada era tertentu dorongan untuk menikah menjadi begituk galaknya, mengalir dari para ustadz, menikahlah pada usia sedikit saja bergeser dari

predikat dewasa. 20an..

64. Karena pesona pesona tadi dapat begitu membutakan kita. Dan dalam bingkai terbaik sekalipun kita hidup, jika suasana itu terjadi, kita akan sangat dapat salah langkah..

65. Yang kemudian kita sendirilah yang akan menilai seberapa tinggikah urgensitas kita untuk menikah, seberapa mendesak?

66. Tapi jangan lama lama, menurut saya. Terutama pada para lelaki, ikhwan..

77. Pemikiran kita tentang menjaga diri, menjaga para perempuan/akhwat. Hanya dapat dinilai terealisasi sempurna jika para lelaki tidak menunda2 menikah, padahal syarat2 besarnya telah ia penuhi.

68. Sehingga, setelah dibekali rasa suka/cinta, dan cuku juga dengan bekal pemahaman, lalu sedikit nilai ekonomi. jangan terlalu banyak perhitungan. Menikahlah..

69. Kemudian, paket pernikahan ini, juga harus menjadi bayangan bagi para calon, untuk dipahami bukan sebagai paket kebahagiaan saja. Tapi akan ada juga badai, yang menjadi bumbunya.

70. Sehingga ketika kita telah menyadarinya akan hal itu, kita tidak akan sempat terkejut.

71. Tapi juga, jangan! Jangan sampai ia menjadi hantu yang terlalu menakuti kita.

72. Sehingga apapun episodenya nanti, bagaimana kita menjalaninya ia akan tetap terkategori diredhoi Allah. Dan berbuah nilai, pahala.

73. Dan yang paling penting, sebagian besar dari apa yang aki tulis diatas, adal buah dari sok tau saja..

74. Sangat mungkin salah, jangan terlalu dipercayai.

Saturday, April 2, 2011

mengurai rumit

berdua denganmu..
mengkapitalisasi amal bersamamu,
mengintegrasi bahagia
dan melipat kali cinta

bersamamu
adalah mengurai rumus rumus jiwa,
mengejawantah, menjadi identitas paripurna
lalu berlari mendewasa

membijak, mengkompromi cita.
memupuk segudang sabar, menjadi kilau permata
dan menikmati klasifikasi perjuangan.
lalu belajar melankolis dengan sang maskulin

dan..
sebenarnya tidak pernah serumit itu.
apa yang ada dalam bening tatapmu,
apa yang kau sebut dalam sapa
dan seulas senyum

aku tau, tentang apa semua itu, cinta..
melengkapi kata yang hilang dari rangkai bahasamu.

Thursday, March 24, 2011

tunggu aku di jembatanmu

Mengingatmu,
Bukan sekedar tanah basah dan genangan air saja
Atau ikan gabus dan belida..

tentang mereka yang tercinta..
Menatap wajah wajah unik, bergurat tajam dan tegas
Suara suara keras, membahana jalan dan sungai

Kemudian,
Senandung cinta..
tunggu aku di jembatanmu..

Dan aku tau, bahasa cinta yang tepat untukmu, untukmu..
Bukan dengan bait puisi,
Cukup kucium tanganmu, satu persatu
Dan kuhadirkan diriku utuh disana.

Wednesday, March 16, 2011

aku rindu padamu..

aku rindu padamu..
pada duduk santaimu disisi tidurku
pada celoteh ceriamu tentang pagi cerahmu
pada senyum manjamu...

aku selalu merindukanmu,
aku merindukanmu, setelah satu jam saja perpisahan
aku merindukanmu, pada waktu waktu sendiriku
aku merindukanmu, di tengah ramai hariku

karena aku mencintaimu..
ukhty..
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1193004900402&set=a.1040531088652.2009377.1086790026

kuharap,
aku selalu memiliki jiwa yang kuat, mengiringi zamanmu
memiliki raga pundak yang kuat, menyangga tidurmu
dan semangat yang hebat, mengejar kemanapun kau berlari.
juga cinta yang banyak, mencukupi kebutuhanmu..

Sunday, February 27, 2011

menyadari

Menyadari tentang..
Senyum kecilmu mengungkapkan,
Bahwa kau tau aku mencintaimu
Ahh, ini sungguh menentramkan

Qurotta a'yun.
bersamamu, membuatku memahami
Tentang begitu luas dan putihnya makna cinta..
cukup bagiku, saat ia mendegup dalam kehadiranmu, dalam tatapanmu..

film

sebenernya, tidak begitu nyata bagi kami, kapan film kita mulai terlelap, atau mati suri itu..
yang kami ingat adalah, saat kami masih kanak kanak dulu, ada film "Petualangan Sherina"
dan ketika kami beranjak dewasa datanglah "AADC".

tepat setelah itu, pilihan didepan kami mulai berangsur membanyak. mereka berdatangan dengan jubah putih berkuncup menutup ujung kepala hingga ujung. sampai pakaian supermini, atas kena bawah kena.
untungnya bagi kami, sedikitnya, dari yang sempat kami ingat, ada Janji Joni, Gie, Laskar Pelangi, Alangkah Lucunya negeri ini, ketika cinta bertasbih, Emak Ingin Naik Haji, Sang Pencerah.

ahh...
3Hati 2Dunia 1cinta, hampir lewat..
yang terakhir ini, membuat kami menyadari, setelah atau sebelumnya kami pelajari, bahwa, film tak baik dengan promosi hebat akan pasti lebih laku dari film baik yang kurang promosi..

oo iya,
jangan sampai lupa, ada tema tema menarik yang terkategori tontonan baik menunggu didepan sana: Rumah Tanpa Jendela, Rindu Purnama

entahlah, belum pasti bagi kami, bagaimana sebuah karya baik menjadi hidup dan berkembang, atau sebaliknya, yang tak patut dimata kamilah yang laku.
tapi sederhananya bagi kami adalah.
rating penonton di teater, ini lebih nyata, lebih berakibat, dari penghargaan penghargaan yang mereka terima beberapa bulan kemudian.

tentunya, kami sangat menghormati pilihan pilihan lain dari saudara saudara kami yang tak hendak datang ketempat tertutup nan gelap itu..
dengan berbagai alasan baik tentunya. dan hal tersebut tak dapat menjadikan kami lebih baik dari mereka, atau sebaliknya.

logika kecil kecilan kami, membisikkan, bahwasannya jenis penonton disana akan sesuai dengan film yang mereka tonton, begitupun niat, dan aktifitas yang mereka lakukan.

sehingga, ketika film film baik ini sepi penonton, yang kemudian berakibat makin sedikitnya yang mau membuat film jenis ini. ini adalah jalan bagi film jenis lainnya untuk berkembang, dan penonton dengan jenis lainnya tadilah yang akan mengisi teater teaternya, dengan aktifitas yang menurut kami tak layak, tak disukai Tuhan.

tapi lho,
yang paling mendasar atas kami menulis ini adalah, kami suka menonton, kami suka mendengarkan cerita, kami suka membaca novel..

adalah certa lain ketika kami mendapat tambahan hikmah, motivasi, semangat, dan hal hal positif yang membangun kami sebagai individu, bagi keluarga kami, dan menjadi kesadaran bagi masyarakat kami untuk membangun peradaban yang lebih baik.

atau sebaliknya, pada awalnya, beberapa dari kami tak begitu suka menonton film, tapi karena promosi tentang sesuatu yang menarik hati kami ada didalam sana, maka kami penasaran untuk melihatnya..

inilah penasaran,
ketika penasaran penasaran tersebut tidak memberi ruang pilihan, atau sedikit sekali memberi ruang pilihan bagi hal hal baik, dibandingkan dengan, apa apa yang sudah diklaim laku dipasaran, oleh para sineas bisnisan..
maka, jangan marah kalau merekalah yang menang.

entahlah, kami hanya ingin menikmati (pada awalnya) film film yang berkualitas, berkualitas secara cerita, sehingga membuat kami mendapat banyak tambahan kebaikan darinya, berkualitas secara penggarapan, secara akting. sehingga misi misi kebaikan tadi membekas kuat pada jiwa kami. sehingga diantara mereka, para sineas, para aktor dan aktris, terjadilah yang kita sering sebut berlomba lomba dalam kebaikan. bukan sekedar berlomba mencapai sebesar besarnya keuntungan.

mudah, dan bebas bagi Allah, untuk menjadikan apa yang dapat kami pilih sebagai tontonan ini menjadi jalan hidayah, dan ujian, godaan..

dialog

Memang harus begini,

dialog dialog ini harus kami ciptakan dengan tulus, karena yang penting adalah terbangunnya dialog tersebut, sedang materinya, tak lagi penting..

Tatapan tatapan yang disengaja ini, akan lebih lekat membekas menembus pasangan bola mata indahnya, dan mengisi relung hatinya. dibanding...


karena disana jugalah kami menemukan kembali cinta.

Persis saat dulu, pertama kalinya kami menemukan degup kepastian hati, untuk meminang dan dipinang.

Karena isyarat Tuhan akannya, ada disana, saat kami memandang wajahnya, mendengar penuturannya..


Bukan pada mereka yang lebih ganteng/cantik disana. Tidak pada mereka yang lebih romantis, atau deretan pesona pasaran lainnya.

ketika Allah menghendakinya begitu, maka Ia buat rangkaian sebab musababnya, Ia buat chemistrinya, Ia buatkan rasa yang tak dapat dijelaskan dengan tepat ini.

hanya padanya.


Lalu, masuklah kita pada episode memutuskan, karena rasa ini, benar adanya harus masuk menjadi sebuah keputusan. sehingga, akan ada momentumnya, selebrasi keputusan tersebut..

bahagia kami merayakannya.

ini adalah keputusan yang akan kami tanggung sepanjang hidup kami di setiap detik kehidupan kami.

bahwasannya kami telah memutuskan untuk saling mencintai. dan kami akan menjalani hari, menjalani peran kehidupan dengan keputusan tadi.

didalamnya, kami akan membesarkan anak anak kami dengan keputusan tadi, kami akan memasak, mencuci, bekerja. dengan keputusan tadi.


keputusan ini, adalah amanah sakral dari majelis tertinggi organisasi keluarga kami,

sehingga, menkhianatinya adalah sama artinya dengan mengkhianati perintah Allah..

ketika kami mulai menurunkan derajat kepedulian kami, saat itulah kami mulai mengkhianati cinta

ketika kami mulai merasa biasa, saat menatap wajahnya, saat itulah kami mulai mengkhianati cinta


sungguh kami tak hendak mengatakan betapa hari hari kami bebas dari rasa hambar, atau pahit sekalipun.


tapi, kami selalu mencari cara untuk menawarkan rasa pahit tadi, untuk mewarnai kehambaran tadi, dengan dialog dialog yang kami buat sengaja. tak penting bagi kami materi dialognya, yang penting bagi kami adalah terbangunnya dialog tersebut.


kami selalu mengusahakan taburan gula untuk memaniskan hari hari kami, yaitu dengan tatapan tatapan cinta, dengan sentuhan sentuhan penuh makna..

di momentum apapaun kehidupan kami.

makan malam, menjemur pakaian, hendak pergi bekerja, lebih lagi di akhir pekan ketika itulah waktunya bagi kami jalan jalan, dan makan makan..


baik sekali bagi kami, untuk sering sering menatap, menyentuh.

sentuhan sentuhan sengaja, yang akan menyampaikan kepadanya bahwasannya aku masih mencintaimu.


dan kami rutin merekonstruksi monumen cinta kami, kami sesuaikan dengan roda jaman, dan kami buat ruang sesuai pertumbuhan kebutuhan yang kami perlu darinya.

semoga tak lekang cinta kami dimakan waktu. tak kusam sinarannya mengahngatkan jiwa kami.


semoga Allah menjaga cinta kami..

Saturday, January 29, 2011

Narasi 2011

sungguh, kami persembahkan syukur terbaik, dari kami yang tak kunjung pandai bersyukur, tak pernah dapat menghaturkannya dengan baik, padaMu,

Atas segalanya..

atas kasih sayangMu, atas rencana rencana dan takdir takdir baik dariMu, yang kami lewati begitu saja, atau sebagian yang lainnya kami pandang sebagai bencana. Padahal itulah yang terbaik untuk kami..

Atas sifatMu, yang maha pengertian.

Pada kami yang sering terjerumus pada jurang dosa, pada jurang jurang dosa yang sama, berkali kali. Dan, maafMu selalu turun, meski itu semua diatas taubat kami yang tak sungguh sungguh.

Atas bergunung gunung rezeki yang Engkau curahkan dalam kehidupan kami, bhkan sebelumnya, juga sesudahnya, setiap detik, sepanjang tahun. Meski jarang nampak gunungan rezeki itu seperti sedianya, yang sering kami lihat didepan, hanyalah gulungan kabut, yang kadang menyesakkan..

Naudzubillah.

Atas tangan tangan cintaMu, yang selalu hadir, untuk membangunkan kami, kala kami tergelincir di comberan dedosa, kala kami terperosok di kelamnya jurang dosa.

Kau tak pernah bosan..

***

Sehingga, kami masih tergolong kalangan manusia lemah.

Karena jaman gini, kami masih saja mencari, mengepas ngepaskan momentum, buat kami melakukan evaluasi, meregistari tekad, dan menyusun rencana.

Ganti tahun, rasanya cukup baik bagi kami menggunakannya, untuk curhat.

Untuk bernarasi pada diri sendiri tentang daftar asa yang masih buram diatas sana.

Iya, kami masih perlu mengolesnya lagi, biar lebih terang, lebih jelas, tentang apa apa saja yang tercatat di daftar asa tersebut.

Karena itulah, kami tak ingin ini disebut sebagai resolusi, karena ia belum matang, karena perangkat yang akan menjalannkannya pun masih teronggok rusak. Perlu sedikit banyak perbaikan.

Kami tak berani menyebutnya dengan lantang, sebagai resolusi..

Kami tak berani tampil gagah dengan menyebutnya resolusi, ini hanya sekedar narasi.

Yang kami tulis untuk menyegarkan jiwa kami yang kian melemah detaknya.

***

Kami ingin memulainya dengan,

Bahwasannya kami ingin sekali memperbaiki cara, dan sudut tempat kami memandang peran kehidupan kami.

Sehingga, kami dapat bereaksi dengan baik atas setiap episode takdir yang sudah diputuskan sangat baik olehMu. Bereaksi baik, adalah tetap menyematkan semangat atas apa yang kami anggap menyedihkan, dan tetap menampilkan kesederhanaan, seimbang, sewajarnya, atas apa yang kami rasakan menyenangkan..

Sehingga, kami dapat malaksanakan tugas kami untuk beribadah, pada setiap segmen, episode, pun musimnya. Pada setiap cara pandang, sudut pandang, hingga bingkai bingkai yang membatasinya.

Lalu, kami ingin merebut kembali prestasi spiritual sebagaimana yang kami rindukan. yang mungkin sekali, dulu pernah kami raih saat kami mulai mendekatiMu dulu. Ini juga tentang merasakan sejuk sedan yang megiringi rasanya.

Sesungguhnya, dekat denganMu adalah segalanya..

Segala urusan akan berjalan dengan caranya yang terbaik, jika mereka yang mengurusnya, adalah orang orang terdekatMu..

****

Al Manhaj yang hebat, hanya akan berjalan dengan Ar Rijal yang Hebat..

Dan Ar Rijal yang hebat ini lahir dari mereka yang memiliki motif istiqomah dalam berdekat dekat denganMu.

Maka, dari kedekatan tadi, kiranya kami dapat tergolong sebagai pribadi yang juga hebat,

Ahhh.. bukan hebat, baik mungkin ya, bukan super!

Seperti mereka dari golongan hambamu yang berlimpah harta dan Zuhud. Seperti mereka yang miskin harta, tetapi kaya akan kesabaran. Atau mereka yang begitu tabah pada bencana yang sedang melanda.

Pribadi yang baik adalah mereka yang selalu memutar akalnya, mereka yang selalu berfikir, mereka yang selalu belajar, tak peduli apapun judul dari episode hidupnya. Dan tak peduli apapun lakon dari sandiwara yang sedang ia mainkan. Nah! Satu satunya instrument pelajaran adalah buku, dan membaca..

Maka, kiranya penuh kantung motivasi kami untuk gemar membaca. Tertarik akan segala ilmu yang baik, bermanfaat. Baik buat kami, bermanfaat buat banyak saudara saudara kami.

****

Dulu, suatu ketika dimasa kecil kami nan ceria..

Kami sempat bingung dengan pertanyaan ayah ibu kami, para paman yang berkunjung, juga bunda guru di sekolah. Tentang cita cita kami.

Maka, saat itu kami hanya menjawab lantang sekenanya..

Dokter, presiden, polisi..

Dan kamipun tumbuh besar, cukup banyak yang mulai masuk dalam benak sederhana kami, sampai tiba saat ini..

25, 30, 45?!

Ia bukan hitungan pembatas, yang akan menghilangkan pertanyaan akan cita cita tadi.

Karena sesungguhnya ia masih ada disana, didalam sana. Hanya saja, sebagian dari diri kami begitu takut mengungkapnya, mengungkap bahwasannya ia masih ada..

Wahai Allah, sesungguhnya, setelah beberapa kali perubahan, modifikasi, dan penyesuaian..

Engkau maha tau, bahwa kami masih menyimpan cita cita itu.

Karena asa inilah yang menggolongkan kami pada manusia yang masih hidup.

Dialah yang selalu menghangatkan jiwa kami, ialah yang mengirama detak nadi kami.

Kiranya olehMu, kami dibukakan jalan untuk menggapainya, dimasukkan pada gerbong yang tepat, yang sedang berlari cepat padanya. Dan selalu dideringkan alarm kala kami terlena pada kenyamanan yang membuat kami lupa..

Karena ketika kami lupa, bahwa kami punya cita cita yang sedang kami kejar..

Saat itulah kami mulai tidak lagi tergolong orang orang yang hidup.

****

Wahai yang maha berencana, dan rencanaMu adalah sebaik baik rencana.

Begitu besar, begitu banyak, dan rumitnya keinginan keinginan kami..

Meski dimataMu, itu semua bukanlah apa apa..

Seringkali, kami menjelma manusia yang kasar, dan tak santun padaMu, juga pada sesama kami. Dalam kami menjalani peran kehidupan kami, dalam kami meminta sarana menggapai cita cita kami.

Sering kami mempermasalahkan tentang begitu lamanya penantian. Sering kami mempermasalahkan tentang berlikunya jalan yang harus kami tempuh..

Dari itu semua, ampunilah kami ya Allah. Dan jangan biarkan kami melaluinya tanpa sedikitpun kami dapat belajar atas kesalahan kesalahan, dan kelemahan kelemahan kami tadi.

Karena tak mampu kami berdiri sendiri memahami pesan cinta dariMu tadi. Tegurlah kami dengan caraMu yang manis..

Sehingga, kiranya sepanjang 2011 ini..

Engkau selalu bersama kami, kami selalu online denganMu..

Dan siapapun yang akan berurusan dengan kami, mereka akan melihat kami sebagai orang dekatMu. Bukan orang dekatnya jenderal ini, presiden itu, atau pengusaha yang disana..

Wednesday, January 12, 2011

fashion peradaban

Awan milenia berarak mesra dengan angin reformasi yang sepoy. Mereka datang dengan sejuta penerima. Siapa saja boleh membonceng, mari kita tamasya ke dunia fantasi. Hanya saja fantasi tujuan kita berbeda masing masingnya.

Sehingga, baju bepergian, yang kita kenakan pun beraneka adanya. Mereka yang di 2011 ini menyenangi setelan kaus ketat dan celana super pendek, ayo mari gabung dengan gerbong ini.

“ahh.. ini kan seni, keindahan” jawab mereka sontak

Padahal tak pernah ada yang menyoal selera itu.

Karena kita tau, bahwasannya jauh dari hulu sana, perancang, pemotong, penjahit, penjual, sampai pemakai. Tak sampai nalar mereka untuk satu dua generasi didepan saja.

Bahkan, pada saham beranak pinak, atas potensi baik buruk dari berbangga bangganya mereka pada setitik anugrah Allah atas auratnya, kami rasa, mereka juga tak pernah menyadari akan hal demikian.

Di hilir sini, adalah para pemakainya yang berbangga bangga, dengan kelakuan pra sejarah, mereka juga tak lepas dari estafet hisab yang bertambah menggunung, dari setiap peniru fashion jaman batu ini. Padahal sebagian besarnya adalah sanak saudaranya, mari sama sama kita terjuni jurang ini.

Selamat pada kalian, yang mungkin tanpa niat, telah juga men-setter trend berjilbab. Semoga Allah mengaruniai keistiqomahan yang kuat.

Yaitu mereka yang dulu harus keluar sekolah karena dilarang berbusana sesuai kehendak Sang Pemilik, atau yang mesti berhenti bekerja olehnya.

Juga pada para perancang nan kreatif, penjahit, gerai busanannya, dan tentu para pemakai yang selanjutnya menjadi idola, meski tak pernah tersebutkan.

Ahh…

Kalian berhasil menyandang predikat cantik, anggun, pintar, dan sejenisnya. Hanya dengan mengenakan fashion peradaban ini.

O iya! Meski bukan itu yang kalian kejar..

Ini bener lho, lihat betapa berhamburannya adik belia kita yang tak perlu lagi mengulang katakutan yang sama, malu, dan bermacam tantanganmu dulu.

Kini mereka tinggal mengecap kenyamanan, kebanggaan, dan perasaan cantik atas jilbab perintah Allah ini.

Bahkan yang terakhir ini, perasaan cantik, dengan jilbab yang ia kenakan, adalah modal besar bagi mereka untuk berlari menuju Tuhannya.

Ooo…!

Tak perlu lagi kita berbicara akan setiap kebaikan yang bercabang berlipat ganda pada setiap satuan dari masing masing generasi yang menjadi penerus fashion peradaban ini. Ia terus terhitung, meski pemodalnya telah beristirahat tenag disana..

Lalu mengapa mereka masih saja berjibaku menghidupkan trend jaman batu itu.

Nah, karena kita tak sedang bersalah benar pada satu peraturan yang sama, meskipun sebenarnya kita bertuhan sama, sama sama akan mati, dan dimintai pertanggung jawaban.

Maka, sampai disini saja obrolan kita..

Besok lusa, kita tinggal menunggu, apakah gerbong peradaban ini akan diisi penuh oleh kesopanan, atau terdominasi oleh belaian aurat, yang sesungguhnya merndahkan pemakainya sendiri, celana pendek dan kaus ketat tadi..

Baiklah, setidaknya kita tidak membutakan mata kita, atau hati kita mengaminkan kata 'wajar saja' atasnya. karena kalau demikian, tunggu saja, kompromi hati kita pada kaus ketat dan celana pendek tadi, akan kian akrab..

Sehingga,

besok lusa, anak anak kitalah yang akan memakainya.

(wallahualam)