Saturday, January 29, 2011

Narasi 2011

sungguh, kami persembahkan syukur terbaik, dari kami yang tak kunjung pandai bersyukur, tak pernah dapat menghaturkannya dengan baik, padaMu,

Atas segalanya..

atas kasih sayangMu, atas rencana rencana dan takdir takdir baik dariMu, yang kami lewati begitu saja, atau sebagian yang lainnya kami pandang sebagai bencana. Padahal itulah yang terbaik untuk kami..

Atas sifatMu, yang maha pengertian.

Pada kami yang sering terjerumus pada jurang dosa, pada jurang jurang dosa yang sama, berkali kali. Dan, maafMu selalu turun, meski itu semua diatas taubat kami yang tak sungguh sungguh.

Atas bergunung gunung rezeki yang Engkau curahkan dalam kehidupan kami, bhkan sebelumnya, juga sesudahnya, setiap detik, sepanjang tahun. Meski jarang nampak gunungan rezeki itu seperti sedianya, yang sering kami lihat didepan, hanyalah gulungan kabut, yang kadang menyesakkan..

Naudzubillah.

Atas tangan tangan cintaMu, yang selalu hadir, untuk membangunkan kami, kala kami tergelincir di comberan dedosa, kala kami terperosok di kelamnya jurang dosa.

Kau tak pernah bosan..

***

Sehingga, kami masih tergolong kalangan manusia lemah.

Karena jaman gini, kami masih saja mencari, mengepas ngepaskan momentum, buat kami melakukan evaluasi, meregistari tekad, dan menyusun rencana.

Ganti tahun, rasanya cukup baik bagi kami menggunakannya, untuk curhat.

Untuk bernarasi pada diri sendiri tentang daftar asa yang masih buram diatas sana.

Iya, kami masih perlu mengolesnya lagi, biar lebih terang, lebih jelas, tentang apa apa saja yang tercatat di daftar asa tersebut.

Karena itulah, kami tak ingin ini disebut sebagai resolusi, karena ia belum matang, karena perangkat yang akan menjalannkannya pun masih teronggok rusak. Perlu sedikit banyak perbaikan.

Kami tak berani menyebutnya dengan lantang, sebagai resolusi..

Kami tak berani tampil gagah dengan menyebutnya resolusi, ini hanya sekedar narasi.

Yang kami tulis untuk menyegarkan jiwa kami yang kian melemah detaknya.

***

Kami ingin memulainya dengan,

Bahwasannya kami ingin sekali memperbaiki cara, dan sudut tempat kami memandang peran kehidupan kami.

Sehingga, kami dapat bereaksi dengan baik atas setiap episode takdir yang sudah diputuskan sangat baik olehMu. Bereaksi baik, adalah tetap menyematkan semangat atas apa yang kami anggap menyedihkan, dan tetap menampilkan kesederhanaan, seimbang, sewajarnya, atas apa yang kami rasakan menyenangkan..

Sehingga, kami dapat malaksanakan tugas kami untuk beribadah, pada setiap segmen, episode, pun musimnya. Pada setiap cara pandang, sudut pandang, hingga bingkai bingkai yang membatasinya.

Lalu, kami ingin merebut kembali prestasi spiritual sebagaimana yang kami rindukan. yang mungkin sekali, dulu pernah kami raih saat kami mulai mendekatiMu dulu. Ini juga tentang merasakan sejuk sedan yang megiringi rasanya.

Sesungguhnya, dekat denganMu adalah segalanya..

Segala urusan akan berjalan dengan caranya yang terbaik, jika mereka yang mengurusnya, adalah orang orang terdekatMu..

****

Al Manhaj yang hebat, hanya akan berjalan dengan Ar Rijal yang Hebat..

Dan Ar Rijal yang hebat ini lahir dari mereka yang memiliki motif istiqomah dalam berdekat dekat denganMu.

Maka, dari kedekatan tadi, kiranya kami dapat tergolong sebagai pribadi yang juga hebat,

Ahhh.. bukan hebat, baik mungkin ya, bukan super!

Seperti mereka dari golongan hambamu yang berlimpah harta dan Zuhud. Seperti mereka yang miskin harta, tetapi kaya akan kesabaran. Atau mereka yang begitu tabah pada bencana yang sedang melanda.

Pribadi yang baik adalah mereka yang selalu memutar akalnya, mereka yang selalu berfikir, mereka yang selalu belajar, tak peduli apapun judul dari episode hidupnya. Dan tak peduli apapun lakon dari sandiwara yang sedang ia mainkan. Nah! Satu satunya instrument pelajaran adalah buku, dan membaca..

Maka, kiranya penuh kantung motivasi kami untuk gemar membaca. Tertarik akan segala ilmu yang baik, bermanfaat. Baik buat kami, bermanfaat buat banyak saudara saudara kami.

****

Dulu, suatu ketika dimasa kecil kami nan ceria..

Kami sempat bingung dengan pertanyaan ayah ibu kami, para paman yang berkunjung, juga bunda guru di sekolah. Tentang cita cita kami.

Maka, saat itu kami hanya menjawab lantang sekenanya..

Dokter, presiden, polisi..

Dan kamipun tumbuh besar, cukup banyak yang mulai masuk dalam benak sederhana kami, sampai tiba saat ini..

25, 30, 45?!

Ia bukan hitungan pembatas, yang akan menghilangkan pertanyaan akan cita cita tadi.

Karena sesungguhnya ia masih ada disana, didalam sana. Hanya saja, sebagian dari diri kami begitu takut mengungkapnya, mengungkap bahwasannya ia masih ada..

Wahai Allah, sesungguhnya, setelah beberapa kali perubahan, modifikasi, dan penyesuaian..

Engkau maha tau, bahwa kami masih menyimpan cita cita itu.

Karena asa inilah yang menggolongkan kami pada manusia yang masih hidup.

Dialah yang selalu menghangatkan jiwa kami, ialah yang mengirama detak nadi kami.

Kiranya olehMu, kami dibukakan jalan untuk menggapainya, dimasukkan pada gerbong yang tepat, yang sedang berlari cepat padanya. Dan selalu dideringkan alarm kala kami terlena pada kenyamanan yang membuat kami lupa..

Karena ketika kami lupa, bahwa kami punya cita cita yang sedang kami kejar..

Saat itulah kami mulai tidak lagi tergolong orang orang yang hidup.

****

Wahai yang maha berencana, dan rencanaMu adalah sebaik baik rencana.

Begitu besar, begitu banyak, dan rumitnya keinginan keinginan kami..

Meski dimataMu, itu semua bukanlah apa apa..

Seringkali, kami menjelma manusia yang kasar, dan tak santun padaMu, juga pada sesama kami. Dalam kami menjalani peran kehidupan kami, dalam kami meminta sarana menggapai cita cita kami.

Sering kami mempermasalahkan tentang begitu lamanya penantian. Sering kami mempermasalahkan tentang berlikunya jalan yang harus kami tempuh..

Dari itu semua, ampunilah kami ya Allah. Dan jangan biarkan kami melaluinya tanpa sedikitpun kami dapat belajar atas kesalahan kesalahan, dan kelemahan kelemahan kami tadi.

Karena tak mampu kami berdiri sendiri memahami pesan cinta dariMu tadi. Tegurlah kami dengan caraMu yang manis..

Sehingga, kiranya sepanjang 2011 ini..

Engkau selalu bersama kami, kami selalu online denganMu..

Dan siapapun yang akan berurusan dengan kami, mereka akan melihat kami sebagai orang dekatMu. Bukan orang dekatnya jenderal ini, presiden itu, atau pengusaha yang disana..

Wednesday, January 12, 2011

fashion peradaban

Awan milenia berarak mesra dengan angin reformasi yang sepoy. Mereka datang dengan sejuta penerima. Siapa saja boleh membonceng, mari kita tamasya ke dunia fantasi. Hanya saja fantasi tujuan kita berbeda masing masingnya.

Sehingga, baju bepergian, yang kita kenakan pun beraneka adanya. Mereka yang di 2011 ini menyenangi setelan kaus ketat dan celana super pendek, ayo mari gabung dengan gerbong ini.

“ahh.. ini kan seni, keindahan” jawab mereka sontak

Padahal tak pernah ada yang menyoal selera itu.

Karena kita tau, bahwasannya jauh dari hulu sana, perancang, pemotong, penjahit, penjual, sampai pemakai. Tak sampai nalar mereka untuk satu dua generasi didepan saja.

Bahkan, pada saham beranak pinak, atas potensi baik buruk dari berbangga bangganya mereka pada setitik anugrah Allah atas auratnya, kami rasa, mereka juga tak pernah menyadari akan hal demikian.

Di hilir sini, adalah para pemakainya yang berbangga bangga, dengan kelakuan pra sejarah, mereka juga tak lepas dari estafet hisab yang bertambah menggunung, dari setiap peniru fashion jaman batu ini. Padahal sebagian besarnya adalah sanak saudaranya, mari sama sama kita terjuni jurang ini.

Selamat pada kalian, yang mungkin tanpa niat, telah juga men-setter trend berjilbab. Semoga Allah mengaruniai keistiqomahan yang kuat.

Yaitu mereka yang dulu harus keluar sekolah karena dilarang berbusana sesuai kehendak Sang Pemilik, atau yang mesti berhenti bekerja olehnya.

Juga pada para perancang nan kreatif, penjahit, gerai busanannya, dan tentu para pemakai yang selanjutnya menjadi idola, meski tak pernah tersebutkan.

Ahh…

Kalian berhasil menyandang predikat cantik, anggun, pintar, dan sejenisnya. Hanya dengan mengenakan fashion peradaban ini.

O iya! Meski bukan itu yang kalian kejar..

Ini bener lho, lihat betapa berhamburannya adik belia kita yang tak perlu lagi mengulang katakutan yang sama, malu, dan bermacam tantanganmu dulu.

Kini mereka tinggal mengecap kenyamanan, kebanggaan, dan perasaan cantik atas jilbab perintah Allah ini.

Bahkan yang terakhir ini, perasaan cantik, dengan jilbab yang ia kenakan, adalah modal besar bagi mereka untuk berlari menuju Tuhannya.

Ooo…!

Tak perlu lagi kita berbicara akan setiap kebaikan yang bercabang berlipat ganda pada setiap satuan dari masing masing generasi yang menjadi penerus fashion peradaban ini. Ia terus terhitung, meski pemodalnya telah beristirahat tenag disana..

Lalu mengapa mereka masih saja berjibaku menghidupkan trend jaman batu itu.

Nah, karena kita tak sedang bersalah benar pada satu peraturan yang sama, meskipun sebenarnya kita bertuhan sama, sama sama akan mati, dan dimintai pertanggung jawaban.

Maka, sampai disini saja obrolan kita..

Besok lusa, kita tinggal menunggu, apakah gerbong peradaban ini akan diisi penuh oleh kesopanan, atau terdominasi oleh belaian aurat, yang sesungguhnya merndahkan pemakainya sendiri, celana pendek dan kaus ketat tadi..

Baiklah, setidaknya kita tidak membutakan mata kita, atau hati kita mengaminkan kata 'wajar saja' atasnya. karena kalau demikian, tunggu saja, kompromi hati kita pada kaus ketat dan celana pendek tadi, akan kian akrab..

Sehingga,

besok lusa, anak anak kitalah yang akan memakainya.

(wallahualam)