Wednesday, October 27, 2010

bersyukur d3ngan cara yang Engkau sukai

pernah ada, dalam sebuah cuplikan hidup kami..
kami berlari, merangkak, terseok seok, mengambil segala upaya guna mendekat dekat manja padaMu.

siang malam kami, setiap degup jantung kami, setiap hembusan nafas kami, adalah dalam rangka mencuri hatiMu, wahai Sang Maha Cinta..
tak sempat kering bibir kami dari memujiMu.
tak lewat malam kami, dari ruku' dan sujud padaMu.
dan waktu itu, betapa semangatnya kami menghabisakan lembar lembar firmanMu..

ahhh..
semua dalam rangka sebuah hajat padaMu,
semua, karena saat itu kami sedang ada kehendak yang ingin kami ajukan padaMu
semua itu, dalam rangka merayuMu.

dan,

wahai al Huda,
hari ini Kau tunaikan janjiMu, kau ijabah do'a do'a kami..
dengan begitu menawan..
padahal!

tapi,
pada saat yang sama, ujianMu turun pada kami, yang kini sedang dirundung berjuta rasa berbunga ini,
sampai sampai hampir saja kami terbang tinggi ke langit ketujuh, dan melupakan tanah tempat kami berpijak..
hampir hampir saja, kami lupa sajadah tempat kami neneteskan airmata gombal kami saat mengumandangkan betapa syahdunya bahas pinta kami.

atau,
dilain waktu, kami malah tak menyadarinya..
inilah jawaban teramat manis dari rengekan do'a kami dahulu.
bahkan terlalu manis, dibanding apa yang dapat kami dzahirkan sebagai do'a..

dan dari semua itu,
dari betapa buruknya cara kami berterima kasih padaMu,
Engkau tak pernah tersinggung, dan menghentikan semua restuMu, atas do'a do'a kami..

maka kiranya ya Rabbana, ya Mujibassaidin, wahai Engkau yang Maha Memaklumi, wahai Al Huda..
bersama dengan, engkau anugerahi pada kami, kuatnya keinginan untuk senantiasa meminta padaMu,
anugerahi juga, kami, kesadaran, kemampuan..
untuk bersyukur dengan cara yang Engkau sukai ya Allah..
sehingga, kami lepas dari golangan para hamba yang tak pandai bersyukur..
betapa memalukannya, tergolong pada yang demikin ya Tuhan kami.

sungguh kami tak ingin...

Monday, October 25, 2010

menggenggam Hidayah

Ada yang bangga, karena terbiasa menggenggam bara, berkawan percikan, mereka adalah para penggembala api. Pahit getir, hiruk pikuk, kerasnya episode kehidupan telah memahatkan gurat ketangguhan dari simetri kecakapan pada wajah wajah tabah mereka..

Yang lain berhasil tenang dengan seringnya menggenggam salju. Sepi dan kekurangan yang selalu menyelimutinya tak ubah seperti nyanyian angin lalu saja. Dan mereka selalu dapat menciptakan senyum dari setip dingin yang menelusuk jiwa mereka. Lalu kehangatan kembali menjalari binar binarymatanya

Yang Satu lagi, ia begitu sibuk bergumul , berjibaku, bersimbah keringat, terdera dimana mana, berjuang mempertahankan apa yang sudah ada di genggamannya. Tak sulit bagi Sang Maha Pemilik untuk menebarkan apa yang sedang ia genggam erat kini. Tapi, tetap saja berkali kali benda berhaga ini lepas dan lepas lagi.

Hidayah, terlalu sering ia melepaskannya, terlalu sering ia mengabaikannya. Juga terlalu sering ia bertekad menggenggamnya erat. Sebelum lalu lepas lagi..

Ia lebih panas dari api, ia mebekukan lebih dingin dari es, tapi tak jarang, ia begitu hangat, begitu lembut..

Menggenggam hidayah, baginya..

Adalah tentang seberapa lama ia bertahan disana, mendegup kisah kehambaannya, berpayung pada munajat, dan menggelorakan semangat memperbaiki diri. Juga, memaniskan riak wajah ukhuwahnya.

Ahh..

Sungguh ia tak ingin, mengikuti kisah fluktuasi sang iman, dan memaklumkan kemalasan, kelemahannya. Meski inilah yang lebih sering terjadi disana.

Sebelum..

Tumpah lagi air mata buaya itu, deklarasi taubat berkumandang menggegap gempita seluruh ruang jiwanya.

Itulah saat ia genggam lagi hidayahnya.

Ini bukan tentang seberapa ingin Sang Maha Raja, menyadarkannya

Tidak! Allah Azza wa zalla adalah Sang Maha pemurah. Hidayah yang ia tebarkan , berserakan dimana mana. Hanya saja, Adakah satu dua lembar dapat memikat para manusia!?

Maka, ia mulai mengusap usap lagi lentera jiwanya, membersihkan hatinya, biar tajam lagi ia mengindera setiap peluang hidayah. Melatih otot otot hatinya, untuk menggenggam erat setiap hidayah yang telah ia perangkap disana..

Wahai sang maha pemurah,

Tujuh belas kali sehari setidaknya, kami mohonkan engkau turunkan hidayah, petunjuk pada kami..

Rabirgfirli… wahdini.. wahdini.. wahdini..

Bersama dengan itu wahai Al Huda..

Anugerahkan juga kepada kami kemampuan memegang erat petunjuk ini

Jangan biarkan kami melepasnya, dan terjerumus pada lembah kesesatan..

merayuMu..

Ahh..

Kami tetap harus mendzahirkan pinta, sejelas jelasnya,

Meski Engkau tau persis apa yang baik dan tidak baik buat kami,

Meski Terang benderang bagiMu, setiap asa di selubung hati terdalam kami,

Kami tetap harus menguraikan detil, kronologis, Alasan, dan sederet rencana baik

Meski Engkaulah yang Maha Tau..

Dan memenuhi munajat dengan pujian padaMu

Meski Engkaulah Sang Maha Suci, tak berkurang sedikitpun tanpa pujian kami..

Kami juga harus menyusun kata kata cantik

Menyuguhkan rayuan rayuan puitis padaMu

Meski maha Rahman dan Rahimmu adalah pasti bagi kami..

Kami harus mengikat janji, memilih waktu waktu romantis, di hening malam, diantara gemericik hujan..

Dan menegaskan sifatmu yang Mujibassaidin..

Mengambil semua Alasan untukMu mengabulkan do'a kami

Membimbing kami dengan etika yang baik, dalam meminta padamu,

Mengarahkan kami pada bahasa, dan permintaan yang tepat dan baik untuk kami..

Untuk kami,

Yang tak tau sedikitpun rahasia ghaibMu, akan apa yang telah kau pilihkan untuk jadi takdir terbaik kami..

Wajib bagi kami, berprasangka sebaik baiknya padaMu, Ya Rabbi, Ya Rahim, Ya Mujibassaidin

cinta tanpa pamrih

siang itu, aku masih terbaring bed rest akibat sakit kuning. dokter bilang ga usah dirawat, cukup bedrest.. makannya bubur, ga boleh goreng dan bersantan..

ketika sebait ketukan pintu memanggil diluar kamar kostan. "Assalamualaikum" panggi dia yang diluar sana.

aku langsung menyadari bahwa itu Rahayu, temen sekelasku di kampus. "masuk Yu, ga dikunci" jawabku segera.

jam 2 siang, ini artinya di baru pulang kuliah, dan besar kemungkinan belum pulang ke rumah. "sudah makan" tanyanya memulai lagi percakapan, "belum" jawabku sejujurnya.

beberapa saat kemudian, dia sudah sibuk mencuci beras, dan menanak bubur pakai rice cooker miniku. kemudian dia keluar, tak lama kemudian sudah tiba lagi dia di kostanku. bawa telur rebus..

"Wan, ini ya, dimakan buburnya" seru Rahayu, sambil lalu dan berpamitan pulang.

Sepeninggalnya aku masih terbengong bengong dengankesibukan besar yang ia buat barusan. dalam sekejap ia telah menciptakan makan siang untukku.

Ahh... tak sempat aku mengucapkan terima kasih.

Rahayu bukan pacarku, dia bukan teman SMAku, juga bukan saudara. tidak pernah ada kedekatan tertentu antara aku dan dia. dia orang Jawa aku orang Sumatera.

Lengkap sudah keherananku.

Kejadian itu berulang beberapa kali.. Sampai empat minggu kemudian, aku sudah bisa berkuliah lagi..

*****

Diantara kita, ada mereka yang hidup dengan kelimpahan cinta, cinta cinta tulus yang tanpa syarat.

Dan sayangnya, kadang kita memerlukan cukup banyak waktu untuk menyadarinya. kita memerlukan cukup banyak waktu untuk dapat menciptakan sebentuk rasa terima kasih pada perpanjangan tangan Ar Rahman, Ar Rahim ini.

Dan, pada akhirnya, kita juga menyadari bahwa betapa banyak waktu yang kita butuhkan, untuk belajar memiliki kelimpahan cinta, ketulusan cinta yang dia contohkan tadi..

Cinta yang tanpa pamrih.. Dan betapa malunya kita, ketika mereka yang dikarunia kebeningan jiwa seperti ini telah memilikinya sepuluhan tahun yang lalu, sedangkan diri kita baru mulai menyadarinya sekarang sekarang ini.

Tapi, tidak ada kata terlambat bukan! Ya Allah, karuniakan mereka balasan cinta yang lebih banyak diriMu sang maha pecinta.. sampaikan terima kasih besar kami padanya...

segenggam cinta

Begini kisahnya:

Suatu ketika tersebutlah seorang wanita mendatangi Rasulullah, mengadukan dosanya..

“Ya Rasul, aku telah berzinah, dan aku ingin bertaubat” jelas wanita tadi.

“dan aku mengandung seorang anak, sebagai buktinya” tambah sang wanita meyakinkan Rasulullah.

Apa yang harus aku perbuat untuk menebus dosaku” pungkasnya menutup cerita.

“Baiklah” jawab Rasulullah saat itu., “engkau pulanglah dulu, jaga kandunganmu, dan lahirkan dengan baik”

Sembilan bulan kemudian sang wanita memenuhi janjinya, ia mendatangi lagi Rasulullah.

“Ya Rasulullah, kini aku telah melahirkan, ini anaknya” kata sang wanita melaporkan diri.

Lalu Rasulullah balik bertanya “ini nanti anak siapa yang akan menyusui?”

“tidak ada ya Rasul” jawab sang wanita lagi

“Baiklah” jawab Rasulullah lagi “engkau pulanglah dulu, rawat anakmu, susui dengan baik, sampai ia bisa disapih”

*Menurut sunah, menyusui anak sampai waktunya disapih adalah 2 tahun.

Setelah itu sang wanita datang lagi pada rasulullah.

“Ya rasul, ini anak saya, saya sudah susui, dan sekarang dia sudah bias disapih”

Sebagai buktinya sang wanita menyuruh sang anak memakan kurma yang ada digenggamannya, dan sang anak memakannya.

Kemudian Rasulullah bertanya lagi “setelah ini adakah yang akan merawatnya?”

“ada” jawab wanita tadi, “pamannya”.

Sang paman ditanya dan membenarkannya.

“baiklah” kata Rasulullah pada beberapa orang sahabat, “siapkan lubang, kita akan menghukum wanita ini”

Setelah lubang dibuat, wanita itu dikubur sampai batas lehernya, kemudian kaum muslim berkumpul, untuk melempari kepalanya. Berbondong bondonglah para penduduk melempari kepala wanita, sampai tiba giliran Khalid bin Walid, ia mengambil batu yang cukup besar dan melemparkannya ke kepala sang wanita sampai kepalanya berdarah cukup besar.

Rasulullah mendekati Khalid, dan bersabda:

"wahai Khalid, pelankan lemparanmu, tak sepantasnya engkau melempar ahli surga sebegitu rupa".

****

bahwa, ada proses taubat yang harus kita jalani disini, di dunia..

dan dengan itu, dengan ketulusan hati kita melakukan proses taubat nasuha tadi, bisa saja itu sudah cukup menjadi tiket surga.

hubungannya dengan persaudaraan adalah, dosa kita pada saudara kita, tidak bisa dihapus oleh Allah begitu saja. ia haruslah selesai hitung2annya disini, di dunia. atau, ia akan dihitung nanti di akhirat, dibayar dengan pahala pahala sang penghutang, atau dibayar dengan mengambil dosa dosa yang ia hutangi.

makanya ada nanti di akhirat yang benar benar bangkrut, karena pahalanya habis, dan dosanya menumpuk.

sebut saja koruptor, ketika ia mengkorupsi uang negara tarohlah satu triliyun, maka tidak cukup dengan bertaubat saja, misalnya bertaubat dengan umrah ke tanah suci, lalu pulang lagi ke tanah air, kemudian menikmati lagi uang yang satu milyar.

prosesi taubatnya harusnya begini:

ia meminta maa'f pada kurang lebih 250 juta orang penduduk indonesia.,

misalnya, via iklan dengan mengakui, bahwa ia telah mengkorupsi uang negara sekian, lalu meminta rakyat indonesia untuk memaafkannya, kemudian menyerahkan diri pada yang berwenang untuk dihukum. termasuk mengembalikan uang yang satu triliyun tadi.

itupun baru akan selesai urusannya jika 250 juta penduduk indonesia tadi satu per satu dg tulus memaafkannya.

maka, hubungan kita dengan sesama manusia ini bukan urursan yang remeh. halal bi halal yang kita lakukan kemarin di bulan syawal, dengan sedikit seremoni, salam salaman, dan ditutup dengan makan lontong kari. tidaklah jaminan akan bersihnya segala hutang piutang pribadi kita dengan saudar saudara kita.

harus ada kata maaf yang tulus dari orang orang yang pernah kita sakiti.

betapa bahagianya orang orang yang rongga dadanya dipenuhi cinta, sehingga setiap orang yang ada didekatnya dapat merasakan kehangatan cinta darinya. tidak merasa terganggu dengan keberadaannya. sebaliknya orang orang merasa nyaman berada didekatnya.

mungkin!

memenuhi rongga dada dengan rasa cinta dapat dimulai dengan memasukkan satu persatu cinta cinta tersebut. terus menerus, detik demi detik, dimulai dari fikiran fikiran positif, tema tema, dan konsep konsep kebahagiaan, membahagiakan orang lain, istri, anak, orang tua, tetanggga, sahabat.

juga menahan diri untuk tidak tergesa gesa emosi.

kalau di film 3 idiots bisa dg membisikkkan "Al iz well" ke dada kita sendiri..

dan segelintir cara yang lain. kita pasti punya sendiri caranya.

persahabatan, persaudaraaan yang kita jalin pasti memiliki episode naik turunnya. seperti harry potter dan ron weasley, atau sherlock holmes dan dr watson, atau lebih jauhnya lagi seperti Umar ibn Al Khattab dan Abu Bakar As Shidq, atau ketika Ali Ibn Abu Thalib mendampingi sisa sisa kehalifahan saudaranya Utsman bin Affan.

kira kira seperti itu mungkin, Allah menciptakan percikan percikan api diantara cinta yang kita jalin, justru untuk lebih menghangatkan cinta itu sendiri..

ya gitu deh...

mari dengan sekuat tenaga, setulus hati, kita jaga persahabatan, pesaudaraan diantara kita.

walau hanya dengan bermuka manis dihadapan saudara kita, jangan kita anggap remeh kebaikan itu

(sabda Rasulullah)

Wilujeng Ramadhan

Setiap saya berkesempatan, atau mendapat secercah
semangat untuk menulis, ia selalu berangkat dari sebuah motivasi internal. Yaitu
mengingatkan diri. Seperti slogan ISO: Write What you plan, do what you
Write. Menulis membuat tekad saya yang tadinya mengawang awang saja diudara, untuk
turun ke sanubari, dan tertoreh jelas
disana. Menulis membuat kesadaran saya yang tadinya samar menjadi terang
benderang. Dan, saat ia go public, ia akan menjadi tulisan dengan bobot tanggung
jawab moral yang lebih berat, karena saat itu ia telah masuk ke ranah tanggung
jawab sosial.



Ketika saya menulis, ketika saya bercerita tentang
idealitas idealiatas besar, yang begitu indah saya gambarkan didalamnya, bisa dipastikan,
saat itu saya masih diluar itu semua. Dan, tulisan itulah yang akan menjadi
surat perjanjian resmi antara tekad yang saya azamkan malu malu hari itu dengan
gerakan yang harus saya buat.



Menulis adalah cara saya untuk menggabungkan
serakan hidayah, yang Allah kirimkan dalam beberapa momen dan di beberapa
tempat. Sehingga ia menjadi pesan cinta yang lebih jelas terbaca, atau, ia
melahirkan pesan baru yang sangat berbeda dari masing masing bagiannya.



Tulisan tulisan tersebut menjadi reminder hidup
yang akan mengingatkan saya di persimpangan persimpangan yang menggoda, atau
dari tidur panjang yang melenakan. Ahh! tidur panjang yang melenakan..



Dan Ramadhan telah datang lagi,

Tidak Ya Allah, Naudzubillah, sungguh kami gembira
dengan bulan cintaMu ini, hanya saja, betapa kelam sejarah Ramadhan kami, dan
betapa ujur, tubuh Rajab dan Sya’ban kami..



Satu hal yang sangat jelas, yang masih bisa kami
banggakan dihadapanMu, di gerbang Ramadhan ini, adalah tekad yang kami bangun,
selalu semakin baik..

Itupun, adalah buah cintaMu, dalam beberapa hari
terakhir ini, dalam serakan serakan hidayahMu, yang sering terlambat kami
mengerti.



Ramadhan dan Idul Fitri dinegeri kami tak sekedar capaian Iman dan
capaian Taqwa. Ia adalah juga momentum ukhuwah. Ini adalah waktunya bagi kami
merajut jalinan ukhuwah yang mungkin renggang dimakan waktu, karena diantara kami ada yang
hanya setahun sekali menjumpai, menumpahkan cinta yang kami pendam setahunan ini, pada Ayah dan Ibu tercinta,
pada kakak dan adik, handay taulan di kampung halaman..



Juga seperti yang telah kau gariskan ya Allah, Ramadhan
bukan bulan untuk turunnya kinerja amanah kami, sebagai khalifah dimuka bumi. Maka,
sangat mungkin bagi kami akan terlena olehnya. Sangat mungkin bagi kami
tersulut emosi atas gesekan duniawinya, dan menghancurkan bangunan Ramadhan
kami.

(semoga, engaku berkenan meringankan tugas dunia kami, dan rangkaian mudik yang
menyibukkan sebagian besar kami, seperti engkau memudahkan mujahid mujahid di
Khandaq, Tabuk, dan Badar, dalam naungan berkah RamadhanMu)



Padahal, kami tau persis, setelah derajat taqwa
kami gapai, tak satupun kebutuhan duniawi itu yang tak terpenuhi. Seperti janji
Mu ya Allah.



Padahal kami tau persis, atas mata, telinga, dan
hati yang kau berikan sebagai instrument menikmati kasih sayangMu, Engkau telah
menyiratkan betapa sedikit dari kami yang pandai bersyukur.

Ya Allah, pilihlah kami dari Ramadhan ini sebagai
hamba hambaMu yang sedikit itu, sebagai hambamu yang pandai bersyukur, sebagai
hambaMu yang pandai mensyukuri berkah Ramadhan yang Engkau hadiahkan kepada
kami, sebagai tanda cintaMu.



Ya Allah kami ingin dipanggil denngan panggilan
cintaMu:

“ wahai hamba hambaKu yang aku cintai, yang Aku
cintai karena keimananMu padaKu, inilah Ramadhan, Aku hadiahkan padamu…”

cinta tanpa sayap

Karena lidahmu tak bersayap sayang
Maka tak dapat kau terbangkan asamu, dan ia hanya menggelora saja disana
Dan, untuk itulah Tuhan mengutusku datang menjumpaimu

Menjemput asamu tentunya,
Dalam kerling matamu, dalam tunduk diammu, dalam deru nafas lelahmu..
Hanya saja,
Menerjemahkan cinta, dan memahamimu,
adalah pekerjaan teramat rumit

Ia tak sekedar meninggalkan abu untuk mencipta api dari arang..

Aku mencintaimu,
Meski mungkin bukan dengan cara yang kau inginkan
Kemarin aku kirimkan cinta dengan sekuntum bunga,
Hari ini dengan selendang sutra,
Besok dengan sebait puisi..

Untuk itu semua
Cukuplah aku dengan sepucuk senyum cantik darimu..
(happy fourth anniversary)
Masih muda ya, rumah tangga kita, masih banyak pr..

Momentum dan Maintenance

Mereka tidak memakai Batu Raja milik Kotaro Minami, dan melafadzkan “Mantera Aji” untuk berubah menjadi Satria Baja Hitam. Atau melambai lambaikan tongkat Sailormoon..

Atau..
Meminum segelas Ramuan Polyjus buatan Hermonie Granger, yang dicampur rambutnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Asma Nadia, Albert Einstein, Ibnu Sina, Nicholas Saputra. Dan lain lain..
Biar semua keahlian mereka nyampur..
(bukannya ramuan polyjus Cuma untuk merubah bentuk?!)

Ada yang terhenyak dengan seminar sehari, Mabit, Persami, dan sejenisnya..
Atau Leadership Training semingguan, Latihan Brigade semingguan, Workshop, dan pelatihan pelatihan sepekan, dan sebulanan..

Instrument momentum demikian, pasti kita butuhkan..
Ia adalah keran yang akan menyemburkan air dalam sumbernya yang terpendam. Ia adalah Gerbang, Ia adalah tutup Botol yang akan membuka dirinya, untuk diisi, dan untuk dikeluarkan..

Tapi kemudian, akan seberapa efektifkah trigger, impuls, lonjakan motivasi yang baru saja terbangun tadi!? Dan bertahan berapa lama! Sehari, sebulan?

Maka, kegiatan memaintain, kiranya menjadi langkah penting selanjutnya.
Adalah seorang murid Darosah Al Qur’an yang mengambil kelas Tahfidz, untuk berjalan berkilo meter, menemui sang guru, untuk mendapat sedikit nasihat, dan menyetorkan hafalannya..
Adalah komunitas Cina, yang turun temurun menjadikan Bisnis, Enterpreneur sebagai kajian gosipnya..
Atau di India, betapa Bioskop laris dilevel ekonomi manapun disana, sehingga aktor dan artis bermunculan deras atasnya..

Karena itulah, Rasulullah kemudian memperkenalkan instrument perbaikan yang bernama Hijrah, dalam arti harfiah, atau secara hakikat..
Mereka hijrah dari room Chatting Jakarta 7, ke milist Menulis (pembacaasmanadia, Red)..
Mereka hijrah dari obrolan angan menjadi PNS, kepada obrolan perniagaan..
Mereka hijrah dari jrang jreng gigitaran, menuju senandung Qiro’ah di mushala..

Karena itulah naiknya kadar keimanan, juga seiring dengan naiknya intensitas amal, semakin sering seorang melakukan Ibadah, semakin tebal rasa nikmat atas keimannanya. Sebaliknya semakin sering seorang melakukan maksiat, semakin sulit, semakin hambar rasa iman didadanya..

Menjaga motivasi, menjaga semangat..
Adalah pekerjaan kolektif, yang sangat sulit dilakukan sendirian, kalaulah ada yang berhasil sendirian, sesungguhnya mereka tak benar benar sendirian..
Mereka dijaga oleh banyaknya buku yang mereka lahap, terus menerus sepanjang hidupnya.
Atau dari bait bait kerusakan dunia dalam kabar beritanya yang selalu ditiupakan sepoy angin megapolitan..


Momentum DAN Maintenance..
Dalam hari hari biasa mereka, mereka memakai momentum untuk meloncat, dan maintenance sebagai fitur pendaratan..
Mereka memakai Maintenance sebagai biduk, dan Momentum adalah jeramnya..
Mereka tidak menyepelekan Momentum, apalagi meninggalkan Maintenance.

Menjaga motivasi, menjaga semangat..
Adalah pekerjaan kolektif, yang sangat sulit dilakukan sendirian..
maka, mereka mencari komunitasnya masing masing. dan mereka, tidak menyiakan himpunan semangat yang lahir dari komunitas tersebut..

re: Flotilla

Tersebutlah Sebuah alkisah tentang Abraha dan Pasukannya, pasakan Gajah, ingin menghancurkan Ka’bah

Sesampainya pasukan gajah di pintu mekah, Gajah gajah tersebut berjatuhan, tidak bisa bergerak, kemudian seketika itu juga Allah datangkan Ababil, untuk menyambut pasukan gajah, dan abraha.

Ababil datang membawa senjata berupa batu (tanah liat) yang membara. Batu membara yang dilemparkan Ababil ini bukan sekedar batu biasa, Abraha dan pasukannya yang terkena batu ini tidak langsung mati, batu panas itu mula mula melelehkan kulit mereka sedikit demi sedikit sampai habis, terakhir, keluarlah jantungnya dalam kondisi terbelah dua, dan tercabik cabik..

Faja’alahum Ka’asfim ma’kul.
Setelah itu baru mereka mati.

Setiap yang akan mengganggu Rumah Allah, mereka akan berurusan langsung dengan pemilik rumahnya, Allah SWT.
Begitu juga dengan Israel dan AL Aqsha..

Kapanpun dan bagaimanapun caranya, amat mudah bagi Allah untuk menghancurkan Israel.
Dan pasti mereka akan hancur.

Perkaranya sekarang adalah, akan ikut ambil bagian dimana kita?
Bisa, ikut ambil bagian dimanakah kita..
Khaibar Khaibar ya yahud gaisu Muhammad soufa yahud..
Bir ruh, bid dam, nafdika ya
Aqsha…
Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Teriakan teriakan kita ini,
Teriakan teriakan pribadi kita ini, yang seketika itu juga lenyap ditelan himpunan semangat yang lainnya, ini kiranya bukanlah teriakan teriakan sombong.
Melantangkan tekad dengan yel yel Rasulullah diatas adalah perkara menggetarkan mereka, para yahudi durjana. Dan mengirimkan pesan kemanusiaan pada seantero umat manusia di muka bumi.
Dan juga dalam rangka mengejawantahkan dengan tepat cinta kita pada saudara saudara palestina kita

One man one dollar, sepuluh ribu rupiah, sungguh juga tak dapat dikategorikan kebanggaan. Masih terlalu jauh, jika dibandingkan para relawan kemanusiaan Freedom flotilla, mereka manusia manusia pilihan, seleksi dinegara mereka masing masing, dan seleksi oleh Allah..

Betapa tidak, masuk dalam ekspedisi kemanusian disana sama artinya dengan mempertaruhkan nyawa.
Meningalkan segala bentuk kemewahan, kenyamanan, kemegahan di tanah air..
Maka tak sampai akal kami menilai keikhlasan kalian.

Sungguh, ujian keikhlasan yang kalian hadapi disana jauh lebih hebat dari kemungkinan sombong dari teriakan teriakan
Bir ruh, bid dam, nafdika ya
Aqsha…
Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!
Dari kami,

Maka, kami yakin kalian adalah manusia manusia pilihan, yang telah Allah siapkan untuk menghadapi Serangan pengecut dari para yahudi jahanam. Dan kami yakin, perkara menjaga niat ini menjadi satu bab tersendiri yang telah berulang kali dikhatamkan oleh kalian.

Kiranya kami titipkan semangat kami, cinta kami untuk saudara saudara kami di Gaza, di Palestina. Pada kalian (awak Freedom Flotilla), yang kami rasa pantas menyandang keberanian pahlawan.
Keikhlasan para pahlawan.

Rekam jelas jelas setiap sorot ketakutan para tentara Israel, dan balas dengan senyum kemenangan.
Hingga mereka hanya bisa menangis pilu dalam tangker mereka, dalam baju rangkap anti peluru yang mereka gunakan untuk menghadapi ketapel ketapel Allah.
Seperti ketika mereka berteriak ketakutan saat dilempar batu oleh adik adik palestina kita..
Seperti ketika mereka berFacebook ria menyalurkan kengerian..

Khaibar Khaibar ya yahud gaisu Muhammad soufa yahud..
Bir ruh, bid dam, nafdika ya
Aqsha…
Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

membinarkan cinta

Sekian cinta berjelaga
Ia adalah gelutuk yang dibuat api oleh kayu yang dibakarnya
Ia adalah gemericik yang hadir dari tuangan air..
Sudilah kiranya tuan turut serta
Bantu kami menyusun tawa

Kalaulahpun tidak,
Perkenankan kami, setidaknya, untuk mengunyah senyum, menyeruput segelas bahagia,
dan menghidangkannya untukmu tuan.

Atau,
sekedar membinarkan syukur..

salah satu, setidaknya..

Disanalah, dibukit hijau hamparan rerumput, di sepoi angin bertiup. Mereka, tertatih berinjit injit meninggalkan hari, rasanya pelan betul detak waktu merayapi jatah umurnya. Mereka terdiri dari nikmat sehat, keluangan, dan rekan rekan sejenisnya..

Tersebutlah kemudian, pembilang pertama yang bernama harta, ia adalah alat tukar utama atas kesenangan, kepuasan, kiranya kalau benar demikian. Ia adalah alat ukur keberhasilan. Sebagian dari mereka menjadikannya sebagai tujuan. Amit amit, bagi yang lain yang meletakkannya di hati, bukan ditangan saja.

Yang kedua adalah tahta, kekuasaan, kehormatan. Ia adalah kerinduan besar, obat paling mujarab atas hati, dalam sakitnya mencari kelegaan. atau kepuasan! Di level berikutnya, sebelum ia menjadi kebutuhan di level teratasnya.

Lalu wanita, disini jiwa menemukan pasangannya, dengannya mereka berbicara, dari hati ke hati. Ada kepuasan jiwa yang tak bisa dipenuhi dari seorang lelaki atas sesamanya, atau wanita pada sesamanya. Saat mereka bertemu, mereka menjadi utuh.

Air di semenanjung beriak pecah
Menjabat para kapal yang singgah merapat.
Kalau tuan tak kunjung tergugah
Awas tuan, nanti tak lagi sempat

Niscaya, semua makhluk dari jenis kita, rentan atas ketiga godaan diatas. Dua diantaranya saja mungkin, atau satu setidaknya..
Dan, pekerjaan rumah kita tidak akan beralih ke lain tugas, sebelum yang satu selesai.

Bahwa kita akan sering diuji justru pada titik terlemah kita, sampai kemenangan meng-hakiki diri diri lemah kita. Kita rayakan sejenak kemenangan? Tidak! Karena pekerjaan tingkat berikutnya tidak penah lelah menunggu, ia telah bersiap di belokan depan..

Perkaranya kemudian kan!
Apakah kalau kita belum, atau rasanya tak pernah diuji Allah begitu kuat di daftar diatas. Atau kita sering mengalami kemenangan kemenangan kecil atas godaan tadi, kemenangan kemenangan yang nyaris. Lalu, Itu artinya kita kuat atas poin poin tersebut.

Mungkin bukan ya! Coba itu kok pd banget, isyaratnya lebih cenderung pada, bahwasannya, Allah masih menyelamatkan kita. Dia yang maha tepat perhitungannya, Dia yang maha penyayang.. begitu sering diri kita diselamtakan olehNya, tidak Ia biarkan saja, kita terperosok pada jurang maksiat.. padahal kalau saja lewat selangkah lagi, kita benar benar akan terjatuh jauh kedalam.

Maka, kami haturkan syukur setulus hati,
Atas maklumMu ya Allah yang tak Kerkira lusanya. Dan bimbinganMu yang begitu jelas tergambar tepat didepan mata kami.
Mungkin, kami perlu lebih banyak pasokan Ilmu sebagai perangkat memahami sayangMu ini ya Allah.
Biar kami pandai menampilkan syukur terbaik kami atas cintaMu yang maha segar..

kira kira

Lamat desah do’anya, mengiring surya menyemburat jingga pagi
Hari ini, kiranya terlalu banyak kerja yang menarik narik manja di sudut sudut imajinasinya
Hampir saja tak lagi ada waktu baginya menuntaskan lelah, atau sekedar mengelap keringat.
Karena menit berikutnya, ia harus sudah on the way..

Siapakah teman sejatinya pagi itu? Coba Tanya pada embun di pucuk rerumputan, atau macet yang menunggu tak jauh didepan sana, eh, ini juga lengkap dengan aroma gas buangan kendaraan, berikut dengan nyanyian paraunya. sebelum kemudian secarik percakapan menjadi mukadimah yang sebenarnya. Bapak, yang ini begini ya! Ibu yang itu begitu saja deh!

Sebenarnya, lengkap sudah alasan yang ia kumpulkan untuk tidak shalat tepat waktu, untuk menyerah pada kebutuhannya mendekati Al’quran, atau dua empat reka’at dhuha, dan malamnya melewatkan waktu munajat terbaik.

Tapi..
Ia tetap harus berusaha kuat, untuk sebanyak mungkin mencari alasan melakukan hal hal yang membuat Allah senang tadi.

Maka itu, berdiri saja ia diantara dua nilai dibawah ini:

Pertama:
bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(Ar Ra’du 11)

Kedua:
Wahai hambaKu,
Kamu berencana dan berkeinginan.
Akupun berkeinginan.
Dan yg terjadi adalah yang sesuai dengan keinginanKu....

Maka, apabila kamu menyerahkan apa apa yang kamu inginkan kepadaKu, pasti Aku berikan kecukupan kepadamu.
Dan, apabila kamu tidak menyerahkan apa apa yang kamu inginkan kepadaKu, pasti Aku berikan kepayahan/kesengsaraan kepadamu.

Dan tidak akan terjadi, kecuali apa apa yg Aku inginkan.
(hadits kudsi)

Kiranya, setiap asa yang kita semai hari ini menjadi jejak, yang menambah nilai kelayakan diri kita dihadapanNya, untuk mengahadapi ujian tahap berikutnya, dan limpahan nikmat berupa ijabahnya do’a do’a kita yang tak terhingga jumlahnya

Beri kami kemampuan memahami caraMu mencintai kami yang lemah ini ya Allah.
Beri kami kektuatan Menghadapi semua musuh kehidupan yang berupa tantangan jaman, kejahatan, kedengkian..
atau yang di dalam diri kami, yang berteriak kencang, melantangkan kemalasan, nakal, licik, dan sejenisnya..

cinta cinta..

Kulakukan segalanya untukmu,
Benar benar akan aku lakukan segalanya untuk mendapatkan cintamu..
Samudra luas kuseberangi, gunung tinggi kan ku daki..
Makanku tak kenyang, tidurku tak nyenyak.

Begitu gombalnya cinta,
padahal untuk konteks cinta pada pasangan jenis ini, jika belum saatnya.
ia bahkan dapat menenggelamkan manusia pada lubuk derita, atau ahh, biasa biasa saja kejadiannya, atau sebagian kecil yang lain dapat mengolahnya dengan baik hingga cintanya menjadi titian surga.

Maka, bukan karena aku mencintaimu, lantas kau harus menikah denganku, atau sebaliknya, aku harus meminangmu.
Karena cinta jenis yang ini amat fana sifatnya.
Kerena itu, biasa biasa saja, kalau cinta tak berbalas, atau kandas, atau tersampaikanpun tak sempat.

Bahkan, saat rasa itu benar benar sedang hadir disana, mendegup kencang di dalam dadanya, ia masih belum tentu demikian, cinta bisa benar benar menjelma cerdik pandai, memanipulasi jiwa jiwa yang ringkih..
Tidak, ia tak pantas mengganggu hari hari kita..

Cinta yang Lain:
Kiranya ada rasa yang masih begitu nyata menunggu didepan kita:

para guru untuk muridnya.
Cinta jenis ini akan mengantarkannya pada mesin pahala yang tak pernah habis sampai akhir kehidupan. Cinta jenis ini membayar tunai pemiliknya dengan kebahagiaan sesungguhnya. Kebahagiaan yang terpancar dari riak mata cemerlang, para muridnya. Dari lembar lembar ujian, seberapa kecilpun hasilnya.

Para anak pada ibunya,
Mereka tak perlu tau bahwa surga berada dibawah tapak kaki ibunya,
untuk mempersembahkan cinta terbaiknya pada sang ibu.
semua modal telah cukup tersedia disana, dari hitungan Sembilan bulan sebelum lahir, sampai batas dewasa ia lampaui..

Persahabatan,
Cinta jenis ini memungkinkan penggunanya mengatur ritme yang sesuai, yang konstan dan lebih langgeng, ia bisa menjelma kerinduan besar yang memberi energi kuat pada kedua pihak, atau nantinya ia akan menoreh sejarah manis yang begitu indah untuk dikenang. Cinta jenis ini lebih tahan pada badai dusta, karena tak cukup motif untuk melakukannya.

Lalu, cinta suami pada istrinya, cinta istri pada suaminya.
Mereka tak lagi diboncengi motif motif duniawi, untuk mencintai pasangannya.
Cinta yang hadir di keadaan ini benar benar dapat berupa cinta yang suci, cinta yang tanpa pamrih.
Cinta yang memungkinkan dirinya memiliki kadar keikhlasan yang tinggi..

Cinta orang tua pada anaknya..
Mereka hanya perlu belajar bijak, untuk dapat mencintai anak anaknya dengan benar.
Menumbuhkan mereka dengan sabar,
Sabar adalah bukti cinta yang sesungguhnya.

Rasulullah..
Adalah Beliau, satu satunya manusia yang dapat memberi syafaat di akhirat nanti.
Di negeri akhirat sana kita akan dikumpulkan dengan orang orang yang kita cintai.
Harusnya amat mudah bagi kita mencintai seseorang yang di akhir hayatnya, tidak memikirkan anak istrinya, tapi memikirkan kita, ummatnya.
Seseorang yang menjadi pembawa berita gembira, menunjukkan kita jalan yang terang, menuju surga.
Allahumma shali wasalim wabarik alaik..

Terakhir:
Jika Allah mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan memberitahu,
sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia.
Lalu Jibril menyeru kepada penduduk langit
“Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia”, lalu mereka mencintainya.
Kemudian diletakkan baginya penerimaan di bumi”
(Mutafaq ‘Alaih)

Genap sudah bahasan kita tentang cinta, dengan penutup Hadits diatas.
Karena semua jenis cinta yang lain, akan mudah kita raih, kalau Sanga Maha Pencinta telah mengumumkan cintaNya pada Jibril, dan para penduduk langit. Hingga penduduk bumi, seluruhnya, akan memberikan empati, penerimaan, penghormatan terbesar yang bisa mereka berikan pada hamba yang telah mendapat cintanya Allah ini.

Tinggal, kita kumpulkan alasan alasan bagi Allah untuk mencintai kita. Kiranya tidak sulit. Ia cukup dengan bebrapa raka’at Dhuha, beberapa hari Shaum, beberapa Juz Tilawah, Tahajud, Dzikir..
dan balutan utuh keikhlasan..

Dahulu di arab sana, Rasulullah telah member contoh nyata, akan seorang muslim sederhana, yang pekerjaannya sederhana, aktifitas ibadahnyajuga seputar poin poin sederhanan diatas tadi.
Tapi ia, dan keikhlasannya dijamin surga oleh Rasulullah..

ya Allah, kiranya engkau karuniai kami keistiqomahan, agar dapat kami raih cintaMu, utuh..

cinta gombal untuk ibu

kepada Ibunda
yang kami sayangi,

bahkan ketika tak satu katapun yang pantas mewakili luasnya kasih sayangmu,
kami tetap harus berterima kasih padamu, mengatakannya dengan cara kami yang gombal, picisan..

bahkan ketika tak satu kalimat pun yang bisa kami ungkap untuk menggambar cintamu,
kami tetap harus membanggakanmu, dengan cara kami yang terlalu sederhana..

untuk setiap cinta, marah, keringat, dan setiap hidangan lezatmu..
untuk setiap maklum, sabar, dan do'a do'a panjangmu, yang kami dapati telah di ijabah oleh Allah,
bahkan banyak dari do'a yang terkabul itu kami tak pernah menyadarinya, bahwa itu adalah do'a darimu..

dari kami yang selalu kau banggakan, apapun kekurangan kami,
dari kami yang selalu kau rindukan betapapun menjengkelkannya kami.

bahkan dari kesadaran penuh kami, bahwa cinta yang kau semai pada kami, takkan seujung kukupun kami sanggup membalasnya.
kami tetap harus lantangkan pada dunia, bahwa kamilah yang paling mencintaimu, kamilah yang paling tulus mencintaimu.
kamilah yang akan membalas cintamu penuh..

peluk manja,
dari kami anak anakmu..

Re: Negeri Para Bedebah

Dinegeri para bedebah,
Disana nabi Nuh tak juga mendapat restu berputus asa, tidak setelah seribu tahun.
Disana bani Abdul Muthalib dengan lantang menantang Abraha: silahkan, kalau kau berani merusak rumah Allah.
Disana, musa mendapatkan kesabaran tak hingga, dari bani israel yang bodoh luar biasa.

Di negeri itu,
kami selalu mendapat lahan untuk menanam harapan, menyiram dengan kesabaran,
dan beberapa kali kami telah panen hasilnya.
Di negeri itu,
kami berdiskusi dengan Allah, tentang bagaimana baiknya umat ini mengubah nasibnya.
Di negeri itu,
kami mulai terbiasa mengambil alih tugas para raja, yg mungkin tak sempat dikerjakan.
Di negeri itu,
kami tak mengusir Umar ibn khattab, tidak Khalid bin Walid, tidak juga ratu Balqis. sampai mereka berubah membaik.
Di negeri itu, protes lantang kami pernah hanya kelu didada saja,
Di negeri itu, suara suara kami pernah kalah dengan warta berita kriminal,

Sekarang, Di negeri itu, kita mulai bisa menggunakan tangan tangan kecil kita, menghimpun asa, dan mengalahkan para tiran.
Kami kira, kami bukan bedebah..

karena dia seorang akhwat

nanar mata Fei menatap barisan jendela didepan, diluar sana ibu ayahnya mengantarnya sampai ujung pandangan.

Ia masih bingung dengan keputusannya, dengan alasan kepergiannya. Tekad yang ia peroleh dari kebohongan, pelarian, akan menjadi tekad prematur yang dapat merusak banyak bagian kehidupannya. Tapi ia harus pergi, mencari rasa baru, menemukan warna baru.

****

Ia harus segera beradaptasi, dari ujung sumatera sana, yang panas, keras. Kepada lembah pulau Jawa, bumi parahyangan yang dingin, lembut.

Nasib baik, ia segera bisa menemukan warna itu, rasanya tak ada lagi dendam yang akan merusak jiwanya. Lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri, mendapat kos kosan yang kodusif, dan memiliki banyak teman teman baru.

Ini bukan dendam, ini semacam endapan penasaran yang harus dituntaskan. Ahh.. malu ia mengakui, kalau semua kisahnya ini berawal dari masalah perempuan. Perempuan yang bernama akhwat. Jenis wanita seperti apakah akhwat ini!?

Sungguh, ia sudah memutuskan untuk benar benar menyerah. Dulu, semua yang ia anggap wajar dalam pergaulan remaja laki laki dan perempuan, pernah menjadi begitu tawar dihadapan akhwat ini. Tidak adil fikir Fei, akhwat ini menjauhinya justru ketika mereka sudah dekat, ketika Fei mulai menyukainya. Sudahlah! Fikirnya lagi, akhwat ini bukanlah jenis perempuan yang sama kasta dengan dirinya.

****

Satu semester kemudian, sebiasa hari harinya yang lain, pagi itu satu nada ringtone pesan singkat memanggilnya bangun. Tidak! ia sudah terbiasa tidak menghiraukan pesan digital semacam itu. Nanti sajalah! Fikirnya.

Baru setelah mandi pagi ia buka telepon genggamnya.
Bagai di sengat listrik ribuan volt, pesan singkat tadi pagi rupanya memberi ia nama, Afifah Azzahra. Perempuan dari jenis akhwat, yang menjadi alasan pelariannya ke Kota Kembang ini.

Sehingga!
Gayung pun bersambut, cerita berlanjut..
Fei dan Afifah mulai akrab lagi. Fei bingung, bukankah dulu, Afifah yg menjauhinya! Tepat setelah hati Fei dibuatnya bergetar.

Tapi kini Afifah sendiri yg duluan datang menyapa lagi.

****

Suatu ketika, afifah memanggilnya akhi Fei, kali yang lain ada istilah Afwan jiddan, belum lagi Jazakallah khair, atau Syukron katsir..

Fei pun tersinggung malu, ia tak mau bertanya, maka ia mulai mendekati Dkm masjid kampusnya. Berharap mendapat jawaban yang cukup memadai tentang istilah istilah Afifah.

Hadirnya Afifah lagi, membuat semangat baru dalam hidup baru Fei, ia lupa kalau dulu, Afifah jugalah yang membuat Fei sempat ling lung.

****

Manusia punya rencana, Allah maha sempurna rencananya. Fei, yang berniat hanya menambang emas, tak dinyana berlian yang ia dapat. Kedekatannya dengan Dkm banyak sekali mambawa perubahan pemahaman pada dirinya. Kali ini ia mulai mengerti sikap tawar yang dulu pernah ia rasakan sebagai penghinaan dari Afifah. Rasanya, ia pun mulai mengerti, mengapa Afifah menghubunginya lagi.

Ini sesuatu yg dinamakan silaturahim, ukhuwah, menjaga dan merawatnya.

Dan, semakin ia dekat dengan masjid kampus semakin takut ia melanjutkan kisahnya dengan Afifah.

****

“Kring” seperti biasanya, jam tiga subuh adalah waktunya ia mendapat misscall dari Afifah. Nyaris setiap hari.

Obrolan lintas pulau dirinya dengan Afifah semakin sering, semakin akrab.
Ulang tahun Afifah, Fei menghadiahkan satu buku agenda dan buku manajeman best seller.

Afifah pun tak lagi berbatas, bercanda dengan Fei via pesan singkat. Hingga, terciptalah bunga bunga cinta diantara keduanya. Demikian penilaian Fei.

Tapi, tanpa kepastian dari Afifah, Fei tak pernah yakin dengan perkiraaanya.

****

Kepada Afifah
Di
Medan

Assalamualaikum,
Kabar baik dariku Fei, menemuimu sahabatku . semoga engkau disana juga baik baik saja.
Tahun kedua ini menjadi tahun yang mulai enteng bagi perkuliahanku, banyak hutang Syukur yang harus aku bayar, salah satunya adalah terbukanya lagi kesempatan bersahabat denganmu.

Bersahabat denganmu membuatku begitu banyak belajar, sadar, dan bersemangat memperbaiki kesalahan, kekurangan yang semakin lama semakin aku sadari semakin banyak.

Bersahabat denganmu juga melindungi diriku dari banyak keburukan, kesalahan pergaulan, dan berbagai kemunkaran.

Beruntunglah aku.

Sebenarnya, melalui surat ini aku ingin mengakui sesuatu, yang aku fikir kaupun sudah tau.

Bahwa aku manyukaimu, aku menyukai interaksi kita selama ini. Rasanya aku mencintaimu. Dan kalau tidak salah, aku merasakan hal yang sama juga terjadi padamu.

Aku tau, dari keluasan ilmumu, tak kan mungkin bagi kita mebina hubungan yang bernama pacaran. Maka ini bukanlah proposal pacaran. Aku hanya ingin mengungkapnya, melegakan hatiku. Semoga juga membawa ketenangan bagimu.

Kita tidak pernah tau apakah kita berjodoh atau tidak bukan! Kuliah kita masih tiga tahun lagi. Dan selama itu, aku tidak bisa menjanjikan pernikahan padamu.

Maka, dengan ini, aku hanya bisa menjanjikan padamu, kalau ada jalan jodoh untuk kita, kalau juga umur merestuinya, barulah setelah kita lulus aku bisa menikahimu.

Tatapi, aku masih berfikir, kalau saja Allah mengirimkan lelaki yang lebih pantas untukmu, silahkan Fi, aku pastikan aku kan berbahagia untukmu. Tidak pantas bagiku manghalang halangi Rencana Allah untukmu.

Semoga Allah menyayangi kita.

Aku harap persahabatan kita tidak berubah.

Dari Bandung,
Sahabatmu – Fei

****

Fei tidak pernah tau persis bagaimana Afifah menjalani kehidupannya, begitupun Afifah tidak pernah tau akan halnya Fei.

Persahabatan mereka berjalan tanpa ada perubahan.
Fei pun telah berusaha meneguhkan hatinya untuk menerima apapaun takdir Allah pada Afifah. Bukan, bukan karena cinta Fei pada Afifah masih diragukan kekuatannya. Justru karena Fei mencintai, menghormati Afifah..

****

Fei,
Ada Ikhwan yang akan menikahiku bulan depan
Aku minta do’a darimu,
Sahabatmu selalu – Fi

****

Bukan main guncangan yang Fei rasakan, meski ia telah mempesiapkan segala ketegaran untuk menghadapi datangnya hari ini. Tetap saja hatinya hancur berkeping keping.

Perlu waktu yang banyak untuk Fei pulih, tak menyalahkan Afifah, dan kambali pada ritme kehidupannya semula.

Baginya, Afifah adalah jalan penghubung terbesar yang Allah kirim untuk membawakan hidayah untuknya, memberi warna warna cerah dan terang pada hari hari Fei. maka tak mungin Fei bisa balik memusuhi Afifah, Fei hanya butuh waktu menenangkan diri.

Setahun, sepuluh tahun mungkin…
tidak, bukan untuk menghilangkan cintanya pada Afifah, tapi mengolah rasanya, sehingga episode cinta ini menjadi sejarah manis hidupnya..

cinta lebay

Menyapamu,
yang di ujung hati sana..

Sayang,
aku lupa, kapan persisnya jalinan cinta kita ini mulai saling mengikat.
Kapan mulainya, percik percik bahagia ini membasahi dinding hati kita.

Tiba tiba saja,
aku tak lagi bisa membetulkan kerah baju
Tiba tiba saja, aku tak lagi tau caranya mendadar telur, menggoreng nasi, atau bahkan sekedar merebus mi instant.

Tiba tiba saja,
aku mjadi ojek langgananmu sehari penuh sabtu dan minggu.

Aku belum bisa pulang, kalau belum nengantongi coklat mede untukmu,
kau juga tak kunjung makan malam, tanpa kabar kepulangan dariku.

Kalau difikir2 lebay juga ya!
Halah..

Fawatsiqillahumma robitotaha,
kuatkanlah ikatan ini ya Allah,

kami sadar sepenuhnya,
urusan cinta mencintai ini,
sepenuhnya adalah kewenangan istimewa milikMu,

ingatkan kami untuk menjaga karuniaMu ini ya Allah, menernaknya lagi,
untuk kami bagikan pada para handai taulan dan rekan rekan sejawat.
Biar tak pernah habis persediaan cinta untuk kami sendiri.


Jadi,
pantasnya, kita kirimkan sebanyaknya tasbih, tahmid, dan berbagai ornamen do'a mengawal tanda syukur kita.
Kita harus ternilai pantas, Ia karuniai kebahagiaan sebesar ini.

Hari ini aku mencintaimu lagi,
kusampaikan padamu dengan semangkuk bakso tresno, dan segelas es doger..

Supaya dia mengembun, membasahi kebun singkong.
Kemudian terbang bersama bjuta yang lain, sebelum ia turun lagi bsama hujan.

Cinta yg tak berkurang manisnya, meski ia bosan hanya di umbar dg kata.
Cinta yg tak hilang jiwanya, meski ia jenuh hanya berujud janji..
Maklum, pecinta ini lagi belajar, berusaha mengejawantahkannya pada alam nyata..

tagihan cinta

aku akan mencintaimu,
seperti cintanya ayahku pada ibuku, seperti cintanya kakekku pada nenekku.

aku akan membuatmu mencintaiku,
apa yang tidak mungkin, aku memiliki hampir semua modal untuk dicintai.
aku baik, aku sehat, aku bekerja, aku juga tampan..
aku punya tekad yang sangat kuat untuk mebahagiakanmu
aku punya keyakinan yang kuat Allah akan membuatkan jalinan cinta untuk kita.

dan engkau diseberang sana.
engkau punya pasokan berlebih untuk sekedar aku cintai, aku hormati, aku sayangi..
perkara mencintaimu ini, akan menjadi perkara mudah bagiku.
aku hanya perlu sedikit saja mengenalmu.

calon istriku menikahlah denganku,
kalau hanya cinta, aku janjikan padamu,
segudang cinta untukmu setiap harinya.

********

menjumpaimu, dengan tagihan cinta.
aku rasa,
aku telah mencintaimu.
aku benar benar telah mencintaimu, rasanya.
tapi, aku kira, engkau suami yang romantis, mas...

rasanya ada yang kurang, mana mawar merah untukku, mana puisi cintanya!
aku ingin tatapan keyakinan, bahwa hari ini kau mencintaiku lagi,
aku ingin senyuman seksi, bahwa hari ini kau terpesona lagi padaku.
aku ingin makan malam romantis di ulang tahunku, ulang tahunmu, dan ulang tahun pernikahanku, atau setiap bulan.
aku ingin hadiah coklat, berbungkus kado warna merah muda..

tapi, ga apa apa, aku sudah semakin mencintaimu kok!

********

sayang,
aku ga sengaja baca diarymu,
baca puisi puisimu..

besok kita makan malam ya!
besok aku belikan coklat yang dibungkus kado warna merah muda.
dan!
kita tukeran diary ya!
biar kata kata cinta kita berbalas mesra disana.

jangan ada lagi dusta cinta diantara kita..
susah banget sih, kalu cinta ya bilang cinta!
aku cinta kamu,
kau pasti mencintaiku juga kan! lebih dari cintaku padamu kan!

tagihan cinta

aku akan mencintaimu,
seperti cintanya ayahku pada ibuku, seperti cintanya kakekku pada nenekku.

aku akan membuatmu mencintaiku,
apa yang tidak mungkin, aku memiliki hampir semua modal untuk dicintai.
aku baik, aku sehat, aku bekerja, aku juga tampan..
aku punya tekad yang sangat kuat untuk mebahagiakanmu
aku punya keyakinan yang kuat Allah akan membuatkan jalinan cinta untuk kita.

dan engkau diseberang sana.
engkau punya pasokan berlebih untuk sekedar aku cintai, aku hormati, aku sayangi..
perkara mencintaimu ini, akan menjadi perkara mudah bagiku.
aku hanya perlu sedikit saja mengenalmu.

calon istriku menikahlah denganku,
kalau hanya cinta, aku janjikan padamu,
segudang cinta untukmu setiap harinya.

********

menjumpaimu, dengan tagihan cinta.
aku rasa,
aku telah mencintaimu.
aku benar benar telah mencintaimu, rasanya.
tapi, aku kira, engkau suami yang romantis, mas...

rasanya ada yang kurang, mana mawar merah untukku, mana puisi cintanya!
aku ingin tatapan keyakinan, bahwa hari ini kau mencintaiku lagi,
aku ingin senyuman seksi, bahwa hari ini kau terpesona lagi padaku.
aku ingin makan malam romantis di ulang tahunku, ulang tahunmu, dan ulang tahun pernikahanku, atau setiap bulan.
aku ingin hadiah coklat, berbungkus kado warna merah muda..

tapi, ga apa apa, aku sudah semakin mencintaimu kok!

********

sayang,
aku ga sengaja baca diarymu,
baca puisi puisimu..

besok kita makan malam ya!
besok aku belikan coklat yang dibungkus kado warna merah muda.
dan!
kita tukeran diary ya!
biar kata kata cinta kita berbalas mesra disana.

jangan ada lagi dusta cinta diantara kita..
susah banget sih, kalu cinta ya bilang cinta!
aku cinta kamu,
kau pasti mencintaiku juga kan! lebih dari cintaku padamu kan!

senja mengemas cinta

Langit mendung dhuha tadi, membekas tegas dengan cemong, peluh, penat dan bau, pada lelaki beranjak dewasa itu..

Genap sudah satu catur wulan ini ia resah mencari, berharap besar ia segera menemukan warna cintanya.

Ia telah menyimpulkan bahwa tak satupun dari golongan wanita yg tak apa apa, jika tak pernah disuguhi cinta, yg romantis.

Maka, bertahun tahun persiapan Ali ibn Abu Thalib, untuk proposal cintanya pada sang istri.
Hitungan tahun itulah nilai romantisnya.

Juga setiap panggilan humaira, dari Rasulullah, yang berbuah begitu banyak semangat bagi Aishah, begitulah Beliau (Salallahu alaihi wassalam) memberi contoh..

Azam yang ia tanam empat bulan lalu, hari ini telah teduh merimbun. Ia akan panen buahnya, Senja ini juga..

Jadilah maghrib itu adalah maghrib terakhir pencariannya.
Langkahnya gontai, matanya bingung mencari, hampir tak satu pernik pun, yang ia nilai cantik, cocok untuk kekasihnya.
Sempat sesaat, ia menyalahkan dirinya, mengapa tak dari dulu ia latih keahlian romantisnya ini.

Di ambang keletihannya, diujung semangatnya, tak banyak berfikir, ia ambil satu Qur'an terjemah warna merah muda, satu jilbab merah marun, dan gamis batik warna putih, dibungkus kertas berkilau.
Semoga cukup, membayar lima tahun yg terlewat..

Istriku, aku mencintaimu,
Dari dulu...

mati

mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan angan panjang. Seakan kematian hanya berlaku atas orang lain. Orang orang seperti itu harus kerap diajak menurunkan jenazah ke liang lahat.melepas kerabat di akhir nafas, atau berbiduk di lautan dengan gelombang yang ganas. Bila tak mempan, takbirkan empat kali bagi kematian nuraninya.
(UstRahmatAbd)


Sayyid Quthb,

Ketika hari perjumpaan itu menjadi keputusan bagi para penguasa dzalim, apa yang ia tampilkan untuk sang maha kekasih?!

Tak mau ia kalah pada sejarah. Tak boleh ada sedikitpun sedih untuk hari perjumpaan dengan Sang Maha Kekasih. Jadilah hari itu, ia sambut tiang gantungan dengan satu senyum terbaiknya. Ia buat heran para eksekutor yang takut mati itu. Ia kemudian menjadi ketakutan tersendiri bagi para eksekutor itu.

Senyum inilah yang kemudian membawa hidayah bagi dua petugas eksekusi Syahid itu..


Umar Ibn Abdul Ajiz,

Khalifah kebangkitan, yang prestasinya kita sepakat sejajarkan dengan Umar ibn Khattab, sang kakek moyang..

Pada hari itu, dengan Khusyu ia menyenandungkan ayat ini:

Al-Qashash:83:

“Negeri Akhirat (Surga)Mu, kami berikan bagi orang orang yang tidak memerlukan Uluwwan (kebesaran atau kesombongan) dimuka bumi. Tidak juga kerusakan. Dan kesudahan yang baik itu adalah milik orang yang bertakwa”

Tepat sebelum panggilan cinta dari Allah sampai padanya, seakan ia tau persis kapan tibanya waktu perjumpaan itu.



Imad Aqil,

Syuhada Palestina ini, Mati dengan cara sangat mengenaskan..

Tidak cukup diberondong peluru, Israel masih juga harus menggunakan Rudal penghancur Tank untuk melumpuhkan tubuhnya.

Setelah tidak ada lagi gerakan pada tubuh mulia itu, pengecut Israel masih belum juga berani mendekatinya. Tak satupun prajuritnya berani mendekat, tidak juga sang komandan. Jadilah seorang warga mereka suruh memastikan kematian Imad Aqil. Setelah itu, Israel masih harus memberondong sang Syuhada, yang telah pasti kesyahidannya dengan lebih dari tujuh puluh tembakan.



Tersebutlah Rasulullah SAW,

Sempurnalah kerasulannya, tak ada sama sekali ruang untuk ego pribadi, hari dimana Jibril dengan sangat sopan, menyampaikan panggilan dari Sang Kekasih. Mencarikan tempat paling mudah bagi sakaratul maut sang kekasih Allah, bukan anak istri yang Ia khawatirkan..

Ummati..

Panggilnya untuk kita semua yang ditinggalkan.



Atau Abraha,

Seorang bodoh, yang membawa pasukan gajah dengan hanya satu tujuan. Mereka tidak sedang ingin memerangi para kabilah Arab. Mereka hanya ingin menghancurkan Ka’bah.

Itu saja.

Begitu mendekati Ka’bah, para gajah tiba tiba lumpuh, dan terjatuh,

selanjutnya Allah, dihari kelahiran Rasulullah, bekenan Ia memberikan rahmatnya pada bangsa Arab yang telah mengungsi dari Mekkah, dengan mengirimkan burung burung yang berkelompok.

Abraha mati tidak dengan seketika. Batu panas dari semacam tanah liat yang dilemparkan kelompok kelompok burung tadi. Memberikan kepastian mati bagi pasukan gajah. Tapi, mati yang satu ini sangat perlahan, ia menggerogoti kulit, lalu masuk ke tulang, saat itu belum juga nyawa tercabut, dada Abraha terbelah, dan jantungnya keluar dalam kondisi tercabik cabik. Itulah balasan bagi mereka yang berani menantang Allah.



****



Kematian ini ternyata sangat penting untuk kita pelajari,

Sesekali, kita harus merekam dengan khusyu prosesi kematian kerabat kita, pemandian, penyolatan, masuknya sang mayat ke liang lahat. merekam setiap gurat sedih para kerabat yang lainnya..

Dan menyimpan rekaman tadi baik baik dalam memori keimanan kita.

Suatu saat, rekaman tadi bisa kita tonton ulang, sebagi obat, bagi sakit nurani yang suka mampir pada hati seawam kita, sebagai suplemen bagi semangat ibadah kita yang sangat sering kendur..

Kita juga perlu banyak banyak mengoleksi catatan kematian para syuhada, seni kematian seperti apa yang mereka pilih. Gurat kebahagiaan macam apa yang mereka tampilkan untuk menemui syahidnya.

Atau para kafir dan laknatullah, ketakutan macam apa, sehebat apa mereka takut menghadapi kematian yang pasti ini.

qwertylisasi cinta

mencintaimu adalah keputusan paling penting dalam sejarah hidupku.
Dalam deklarasi melantang asa,
untumu wahai belahan jiwa,
Aku nyanyikan senandung paling syahdu dengan instrumen paling jujur dalam duet antara cita dan cinta.
Dan aku anggap, telah terkirimlah pesan itu.

satu kali, dua kali,
sang putri pingitan belum juga berhasil menangkap maknanya.
Atau maha pujanggakah engkau, hingga tak sampai bahasaku.

pemuda kampung, turunlah dulu dari rumah panggung mewahmu.
Dan engkau tuanku putri turunlah juga dari tandu kehormatanmu.

setelah jalan kerikil didepan
segera kita jelang benderang
tak adalagi mahkota raja menhalangai kita disana
Lalu kita minta Sang Pemilik Cinta untuk merestui perayaan kemenangan cinta kita.
Dan siaplah kita untuk seabad lagi kemesraan.

senja ini juga,
berdua kita akan membisik khusyu padaNya.
Bolehkan kami, wahai pemilik cinta, menyambung bahagia, sampai generasi paling akhirnya.

Turun Bertenang (calm down)

ketika futur telah lelah mengejarmu, wahai semangat.
Tak juga bayang letih, sanggup menarikan rentak yang sama.
Apalagi kantuk, yang telah lama meninggalkan pelupuk asa.

Hari hari itu, betapa sensitifnya engkau memandang waktu.
Hampir hampir saja, amarah dan teman teman sejenisnya berhasil menguasai relung sabarmu.
Yang katanya tak berbatas itu!

Ketika tiga dan empat rekaat, terasa betapa sempurna bekerja melepas jenuhmu.
Meski tak juga sempat waktu bagimu melamakan munajat.
Ya Allah izinkan kami kali ini, meminta sambil berlari.

Butir butir peluh, dalam 'ruang rokok' tak berventilasi mengkristal cepat, ditiup dinginnya malam.
Lalu hujan, menusukkan dingin, perih..
Hujan permintaan pun tak lagi terlalu dipedulikan.

Allah,
Sudilah kiranya, habis kerja yang ini
Engkau rangkul lagi kami dalam rehat, meski sejenak saja.
Izinkan kami, menikmati lagi nafas nafas munajat dalam santai yang cukup.

Angkat derajat takwa kami ya Allah
Karuniakan kami nyamannya berlama lama ruku dan sujud padaMu
Panggil kami terjaga, dalam malam malam cintaMu

Beri kami cukup waktu atas hak cinta pada keluarga dan tetangga kami,
Pada sahabat sahabat sejarah kami.
Mengeratkan lagi simpul simpul ukhuwah yang sedikit renggang.

Kali ini, kami ingin bersila santai..
Melantunkan Istighfar dengan fasih dan pelan
Menembuskan hamdalah pada dinding dinding syukur kami.
Membaca lamat lamat, dzikir pagi dan petang.

Allah,
Rangkul kami dalam hangat cintaMu..

(ba’da rekapitulasi)