Monday, December 12, 2011

mengasah kampak

Bahkan, dalam pekerjaan Ibadah sekalipun..
Ketika si fulan mengira, saat uang shodaqoh dimasukkan kedalam kencleng dengan tangan kanan, tanpa tangan kiri tau urusannya, bebaslah ia dari riya..
Ketika sang hati sudah dikondisikan dengan baik untuk mengarahkan niat, lurus kepadaNya, terkategorilah fulan, menjadi manusia Ikhlas..

(Apalagi, bagi mereka yang sedang berkubang dengan lumpur dunia, dalam gelak tawa, dan kenikmatan semu. Kasihan ya! Mereka yang tak pernah menyadari, jiak mereka sedang berada dalam ruang kelas ujian, sementara yang lain sedang khusyuk mengerjakan soal..)

Ternyata tidak kawan,
Jikalau Allah berkehendak, Dia akan membuat episode episode kecil yang akan memberii nilai tambah keikhlasannya, yang akan menjadi nilai tambahnya sebagai manusia dan sebagai hamba.
Yang akan menjadi batu, dinding ujian terhadap keikhlasannya.
Episode episode kecil yang akan menyergap ruang jiwanya, membuka pintu pintu sensitive yang akan membebaskan sesak, marah dan sejenisnya. Sekuat apa ia bertahan?!

Bahkan, bebatuan itu muncul dengan cara yang paling elegan..
Hampir saja, kita tidak menyadari hadirnya sebagai batu, melainkan..
Mungkin semacam terompet yang mesti dibungkam dengan kesombongan, bukan dengan kejernihan nurani..
Satu belum tercerna, muncul dua berikutnya. Ini mesti jadi kesempatan bagus mengasah jiwanya, memoles nurani biar kian jernih. Bila perlu menangislah, temui Allah, menjakan dirimu padaNya. Kalau yang lain mesti pergi ke riuh pasar dan berteriak, biar kita menikmati kesyahduan bersamaNya

Karena begitulah sopan santun yang mesti kita tampilkan untukNya..
Ada yang disapa dengan batu dan dinding ini, dalam tempo, ritme yang begitu rapat. Yang lain dapat bersantai menyelesaikan satu satu episode episode tersebut.

Karena begitulah sopan santun yang mesti kita tampilkan kepadaNya..
Semua ini tidak lain, sudah dikalkulasi dengan cermat olehNya, persis sesuai dengan kekuatan masing masing kita mengahadapinya.

Ada yang mesti tersesat dulu, baru ia temukan jalan benderang itu, ada yang mesti menerikakan seribu sumpah dulu biar puas, baru ia keletihan dan mencari cara lain. Kita tidak! Episode ke episode, drama pendek hari hari kita ini, terlalu sepele untuk dibayar energy yang mestinya kita pakai untuk merasakan, dan mengakrabi keberadaan Allah. Karean Dialah sang sutradara, satu satunya yang dapat meniupkan kelegaan, kenikmaatan tak terkira dari gunda, gulana, galau jiwa kita dalam meluruhkan batu batu tadi.

Dan mereka yang menyadari benar bahwa mereka akan benar benar bertemu Tuhannya, akan begitu menikmati kesyahduan mengakrabi Illahnya.. ada yang dalam tangis, ada yang dalam senyum..

No comments:

Post a Comment