Monday, October 25, 2010

Wilujeng Ramadhan

Setiap saya berkesempatan, atau mendapat secercah
semangat untuk menulis, ia selalu berangkat dari sebuah motivasi internal. Yaitu
mengingatkan diri. Seperti slogan ISO: Write What you plan, do what you
Write. Menulis membuat tekad saya yang tadinya mengawang awang saja diudara, untuk
turun ke sanubari, dan tertoreh jelas
disana. Menulis membuat kesadaran saya yang tadinya samar menjadi terang
benderang. Dan, saat ia go public, ia akan menjadi tulisan dengan bobot tanggung
jawab moral yang lebih berat, karena saat itu ia telah masuk ke ranah tanggung
jawab sosial.



Ketika saya menulis, ketika saya bercerita tentang
idealitas idealiatas besar, yang begitu indah saya gambarkan didalamnya, bisa dipastikan,
saat itu saya masih diluar itu semua. Dan, tulisan itulah yang akan menjadi
surat perjanjian resmi antara tekad yang saya azamkan malu malu hari itu dengan
gerakan yang harus saya buat.



Menulis adalah cara saya untuk menggabungkan
serakan hidayah, yang Allah kirimkan dalam beberapa momen dan di beberapa
tempat. Sehingga ia menjadi pesan cinta yang lebih jelas terbaca, atau, ia
melahirkan pesan baru yang sangat berbeda dari masing masing bagiannya.



Tulisan tulisan tersebut menjadi reminder hidup
yang akan mengingatkan saya di persimpangan persimpangan yang menggoda, atau
dari tidur panjang yang melenakan. Ahh! tidur panjang yang melenakan..



Dan Ramadhan telah datang lagi,

Tidak Ya Allah, Naudzubillah, sungguh kami gembira
dengan bulan cintaMu ini, hanya saja, betapa kelam sejarah Ramadhan kami, dan
betapa ujur, tubuh Rajab dan Sya’ban kami..



Satu hal yang sangat jelas, yang masih bisa kami
banggakan dihadapanMu, di gerbang Ramadhan ini, adalah tekad yang kami bangun,
selalu semakin baik..

Itupun, adalah buah cintaMu, dalam beberapa hari
terakhir ini, dalam serakan serakan hidayahMu, yang sering terlambat kami
mengerti.



Ramadhan dan Idul Fitri dinegeri kami tak sekedar capaian Iman dan
capaian Taqwa. Ia adalah juga momentum ukhuwah. Ini adalah waktunya bagi kami
merajut jalinan ukhuwah yang mungkin renggang dimakan waktu, karena diantara kami ada yang
hanya setahun sekali menjumpai, menumpahkan cinta yang kami pendam setahunan ini, pada Ayah dan Ibu tercinta,
pada kakak dan adik, handay taulan di kampung halaman..



Juga seperti yang telah kau gariskan ya Allah, Ramadhan
bukan bulan untuk turunnya kinerja amanah kami, sebagai khalifah dimuka bumi. Maka,
sangat mungkin bagi kami akan terlena olehnya. Sangat mungkin bagi kami
tersulut emosi atas gesekan duniawinya, dan menghancurkan bangunan Ramadhan
kami.

(semoga, engaku berkenan meringankan tugas dunia kami, dan rangkaian mudik yang
menyibukkan sebagian besar kami, seperti engkau memudahkan mujahid mujahid di
Khandaq, Tabuk, dan Badar, dalam naungan berkah RamadhanMu)



Padahal, kami tau persis, setelah derajat taqwa
kami gapai, tak satupun kebutuhan duniawi itu yang tak terpenuhi. Seperti janji
Mu ya Allah.



Padahal kami tau persis, atas mata, telinga, dan
hati yang kau berikan sebagai instrument menikmati kasih sayangMu, Engkau telah
menyiratkan betapa sedikit dari kami yang pandai bersyukur.

Ya Allah, pilihlah kami dari Ramadhan ini sebagai
hamba hambaMu yang sedikit itu, sebagai hambamu yang pandai bersyukur, sebagai
hambaMu yang pandai mensyukuri berkah Ramadhan yang Engkau hadiahkan kepada
kami, sebagai tanda cintaMu.



Ya Allah kami ingin dipanggil denngan panggilan
cintaMu:

“ wahai hamba hambaKu yang aku cintai, yang Aku
cintai karena keimananMu padaKu, inilah Ramadhan, Aku hadiahkan padamu…”

No comments:

Post a Comment