Monday, October 25, 2010

senja mengemas cinta

Langit mendung dhuha tadi, membekas tegas dengan cemong, peluh, penat dan bau, pada lelaki beranjak dewasa itu..

Genap sudah satu catur wulan ini ia resah mencari, berharap besar ia segera menemukan warna cintanya.

Ia telah menyimpulkan bahwa tak satupun dari golongan wanita yg tak apa apa, jika tak pernah disuguhi cinta, yg romantis.

Maka, bertahun tahun persiapan Ali ibn Abu Thalib, untuk proposal cintanya pada sang istri.
Hitungan tahun itulah nilai romantisnya.

Juga setiap panggilan humaira, dari Rasulullah, yang berbuah begitu banyak semangat bagi Aishah, begitulah Beliau (Salallahu alaihi wassalam) memberi contoh..

Azam yang ia tanam empat bulan lalu, hari ini telah teduh merimbun. Ia akan panen buahnya, Senja ini juga..

Jadilah maghrib itu adalah maghrib terakhir pencariannya.
Langkahnya gontai, matanya bingung mencari, hampir tak satu pernik pun, yang ia nilai cantik, cocok untuk kekasihnya.
Sempat sesaat, ia menyalahkan dirinya, mengapa tak dari dulu ia latih keahlian romantisnya ini.

Di ambang keletihannya, diujung semangatnya, tak banyak berfikir, ia ambil satu Qur'an terjemah warna merah muda, satu jilbab merah marun, dan gamis batik warna putih, dibungkus kertas berkilau.
Semoga cukup, membayar lima tahun yg terlewat..

Istriku, aku mencintaimu,
Dari dulu...

No comments:

Post a Comment