Monday, October 25, 2010

salah satu, setidaknya..

Disanalah, dibukit hijau hamparan rerumput, di sepoi angin bertiup. Mereka, tertatih berinjit injit meninggalkan hari, rasanya pelan betul detak waktu merayapi jatah umurnya. Mereka terdiri dari nikmat sehat, keluangan, dan rekan rekan sejenisnya..

Tersebutlah kemudian, pembilang pertama yang bernama harta, ia adalah alat tukar utama atas kesenangan, kepuasan, kiranya kalau benar demikian. Ia adalah alat ukur keberhasilan. Sebagian dari mereka menjadikannya sebagai tujuan. Amit amit, bagi yang lain yang meletakkannya di hati, bukan ditangan saja.

Yang kedua adalah tahta, kekuasaan, kehormatan. Ia adalah kerinduan besar, obat paling mujarab atas hati, dalam sakitnya mencari kelegaan. atau kepuasan! Di level berikutnya, sebelum ia menjadi kebutuhan di level teratasnya.

Lalu wanita, disini jiwa menemukan pasangannya, dengannya mereka berbicara, dari hati ke hati. Ada kepuasan jiwa yang tak bisa dipenuhi dari seorang lelaki atas sesamanya, atau wanita pada sesamanya. Saat mereka bertemu, mereka menjadi utuh.

Air di semenanjung beriak pecah
Menjabat para kapal yang singgah merapat.
Kalau tuan tak kunjung tergugah
Awas tuan, nanti tak lagi sempat

Niscaya, semua makhluk dari jenis kita, rentan atas ketiga godaan diatas. Dua diantaranya saja mungkin, atau satu setidaknya..
Dan, pekerjaan rumah kita tidak akan beralih ke lain tugas, sebelum yang satu selesai.

Bahwa kita akan sering diuji justru pada titik terlemah kita, sampai kemenangan meng-hakiki diri diri lemah kita. Kita rayakan sejenak kemenangan? Tidak! Karena pekerjaan tingkat berikutnya tidak penah lelah menunggu, ia telah bersiap di belokan depan..

Perkaranya kemudian kan!
Apakah kalau kita belum, atau rasanya tak pernah diuji Allah begitu kuat di daftar diatas. Atau kita sering mengalami kemenangan kemenangan kecil atas godaan tadi, kemenangan kemenangan yang nyaris. Lalu, Itu artinya kita kuat atas poin poin tersebut.

Mungkin bukan ya! Coba itu kok pd banget, isyaratnya lebih cenderung pada, bahwasannya, Allah masih menyelamatkan kita. Dia yang maha tepat perhitungannya, Dia yang maha penyayang.. begitu sering diri kita diselamtakan olehNya, tidak Ia biarkan saja, kita terperosok pada jurang maksiat.. padahal kalau saja lewat selangkah lagi, kita benar benar akan terjatuh jauh kedalam.

Maka, kami haturkan syukur setulus hati,
Atas maklumMu ya Allah yang tak Kerkira lusanya. Dan bimbinganMu yang begitu jelas tergambar tepat didepan mata kami.
Mungkin, kami perlu lebih banyak pasokan Ilmu sebagai perangkat memahami sayangMu ini ya Allah.
Biar kami pandai menampilkan syukur terbaik kami atas cintaMu yang maha segar..

No comments:

Post a Comment