Monday, October 25, 2010

menggenggam Hidayah

Ada yang bangga, karena terbiasa menggenggam bara, berkawan percikan, mereka adalah para penggembala api. Pahit getir, hiruk pikuk, kerasnya episode kehidupan telah memahatkan gurat ketangguhan dari simetri kecakapan pada wajah wajah tabah mereka..

Yang lain berhasil tenang dengan seringnya menggenggam salju. Sepi dan kekurangan yang selalu menyelimutinya tak ubah seperti nyanyian angin lalu saja. Dan mereka selalu dapat menciptakan senyum dari setip dingin yang menelusuk jiwa mereka. Lalu kehangatan kembali menjalari binar binarymatanya

Yang Satu lagi, ia begitu sibuk bergumul , berjibaku, bersimbah keringat, terdera dimana mana, berjuang mempertahankan apa yang sudah ada di genggamannya. Tak sulit bagi Sang Maha Pemilik untuk menebarkan apa yang sedang ia genggam erat kini. Tapi, tetap saja berkali kali benda berhaga ini lepas dan lepas lagi.

Hidayah, terlalu sering ia melepaskannya, terlalu sering ia mengabaikannya. Juga terlalu sering ia bertekad menggenggamnya erat. Sebelum lalu lepas lagi..

Ia lebih panas dari api, ia mebekukan lebih dingin dari es, tapi tak jarang, ia begitu hangat, begitu lembut..

Menggenggam hidayah, baginya..

Adalah tentang seberapa lama ia bertahan disana, mendegup kisah kehambaannya, berpayung pada munajat, dan menggelorakan semangat memperbaiki diri. Juga, memaniskan riak wajah ukhuwahnya.

Ahh..

Sungguh ia tak ingin, mengikuti kisah fluktuasi sang iman, dan memaklumkan kemalasan, kelemahannya. Meski inilah yang lebih sering terjadi disana.

Sebelum..

Tumpah lagi air mata buaya itu, deklarasi taubat berkumandang menggegap gempita seluruh ruang jiwanya.

Itulah saat ia genggam lagi hidayahnya.

Ini bukan tentang seberapa ingin Sang Maha Raja, menyadarkannya

Tidak! Allah Azza wa zalla adalah Sang Maha pemurah. Hidayah yang ia tebarkan , berserakan dimana mana. Hanya saja, Adakah satu dua lembar dapat memikat para manusia!?

Maka, ia mulai mengusap usap lagi lentera jiwanya, membersihkan hatinya, biar tajam lagi ia mengindera setiap peluang hidayah. Melatih otot otot hatinya, untuk menggenggam erat setiap hidayah yang telah ia perangkap disana..

Wahai sang maha pemurah,

Tujuh belas kali sehari setidaknya, kami mohonkan engkau turunkan hidayah, petunjuk pada kami..

Rabirgfirli… wahdini.. wahdini.. wahdini..

Bersama dengan itu wahai Al Huda..

Anugerahkan juga kepada kami kemampuan memegang erat petunjuk ini

Jangan biarkan kami melepasnya, dan terjerumus pada lembah kesesatan..

No comments:

Post a Comment